BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biologi
perikanan sebagai dasar ilmu mengenai semua aspek-aspek yang berhubungan dengan
studi biologi ikan. Setiap makhluk hidup mengalami pertumbuhan selama hidupnya
dan melakukan reproduksi untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Begitu juga yang
terjadi pada ikan, pertumbuhan tersebut dapat diamati secara fisik atau melalui
pengamatan perkembangan jaringan. Pertumbuhan pada ikan dapat berlangsung lambat
ataupun cepat.
Pertumbuhan
adalah perubahan ukuran bagian-bagian tubuh dan fungsi fisiologis tubuh.
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor
internal itu meliputi keturunan, pertumbuhan kelamin. Pertumbuhan ikan memiliki
hubungan yang erat antara pertumbuhan panjang dan berat. Berdasarkan teori
hubungan panjang berat dapat dinyatakan dengan rumus W= aLb, dalam hal ini “W”
= berat, “a dan b”= konstanta, dan “L”= panjang ikan Dalam menduga pertumbuhan
ikan di daerah tropis sulit dilakukan karena proses pertumbuahan ikan terus
menerus sehingga tidak bisa ditentukan hanya dengan melihat bentuk sirkulus
pada sisik saja. Pertumbuhan ikan juga dapat menduga sebaran tingkat kematangan
gonad ikan berdasarkan ukuran.
Praktikum
mengenai pertumbuhan ikan, aspek reproduksi dan kebiasaan makanan ikan sangat
berkaitan dengan program studi biologi perikanan di Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan. Pentingnya pemahaman tentang biologi perikanan merupakan
salah satu upaya untuk memberikan kemampuan dalam menganalisis dan menduga
pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan.
1.2 Tujuan
Adapun
tujuan dilakukan pratikum ini adalah agar mahasiswa megetahui hubungan dan mempelajari faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan kan serta mengetahui hubungan panjang berat ikan. Sedangkan
kegunanaany adalah sebagai informasi dasar dengan menambah wawasan mengenai
pnjang berat ikan
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Dasar
Teori
Di dalam ilmu biologi perikanan, hubungan panjang berat ikan merupakan pengetahuan yang
signifikan dipelajari, terutama untuk kepentingan pengelolaan perikanan.
Pentingnya pengetahuan ini sehingga BAYLIFF ( 1966 ) menegaskan, hubungan
panjang-berat ikan dan distribusi panjangnya perlu diketahui, terutama untuk
mengkonversi statistik hasil tangkapan, menduga besarnya populasi dan laju -
laju mortalitasnya. Disamping itu
diperlukan juga dalam mengatur perikanan, yaitu menentukan selektifitas alat
tangkap agar ikan - ikan yang tertangkap
hanya yang berukuran layak tangkap (Vanichkul, 1993 ).
Ukuran ikan ditentukan berdasarkan panjang atau beratnya. Ikan yang lebih
tua, umumnya lebih panjang dan gemuk. Pada usia yang sama, ikan betina biasanya
lebih berat dari ikan jantan. Pada saat matang telur, ikan mengalami penambahan
berat dan volume. Setelah bertelur beratnya akan kembali turun. Tingkat
pertumbuhan ikan juga dipengaruhi oleh ketersediaan makanan dilingkungan
hidupnya (Poernomo, 2002 ).
Hubungan panjang dan berat ikan memberikan suatu petunjuk keadaan ikan
baik itu dari kondisi ikan itu sendiri dan kondisi luar yang berhubungan dengan
ikan tersebut. Di antaranya adalah
keturunan, sex, umur, parasit, dan penyakit. Pada keturunan yang berasal dari alam sangat sulit di control ,untuk
mendapatkan pertumbuhan yang baik, ikan mempunyai kecepatan pertumbuhan yang
bebeda pada tingkatan umur dimana waktu muda pertumbuhannya cepat, dan ketika
tua menjadi lamban,dan parasit dan penyakit sangat berpengaruh bila yang di
serang adalah organ-organ pencernaan. Faktor luar yang utama ialah makanan dan
suhu perairan Makanan dengan kandungan nutrisi yang baik akan mendukung
pertumbuhan dari ikan tersebut sendangkan suhu akan mempengaruhi prodes kimiawi
tubuh (Effendie, 2002).
Pengukuran
berat dari berbagai penimbangan ikan yang paling tepat adalah dengan menggunakan
timbangan duduk dan timbangan gantung, adapan keuntungan yang dimiliki dari
kedua timbangan ini adalah bekerjanya lebih teliti, pengaruh dari luar seperti
angin dapat dikurangi, serta pendugaan pertama terhadap berat ikan yang
ditimbang tidak perlu dilakukan, karena secara langsung dapat menunjukkan
beratnya. (Abdul, 1985)
Berat
dapat di anggap sebagai suatu fungsi dari panjang.hubungan panjang dan berat
hamper mengikuti hukum kubik yaitu berat ikan sebagaipangkat tiga dari
panjangnya.Tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak tidak
demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda. Perbedaan nilai b pada
ikan tidak saja antara populasi yang berbeda dari spesies yang sama, tetapi
juga antara populasi yang sama pada tahun – tahun yang berbeda yang barangkali
dapat diasosiasikan dengan kondisi nutrisi mereka. Hal ini bisa terjadi karena
pengaruh faktor ekologis dan biologis (Barus, 2011).
Faktor
kondisi ini menunjukan keadaan ikan, baik dilihat dari kapasitas fisik maupun
dari segi survival dan reproduksi. Dalam penggunaan secara komersial,
pengetahuan kondisi ikan dapat membantu untuk menentukan kualitas dan kuantitas
daging ikan yang tersedia agar dapat dimakan. Faktor kondisi merupakan
simpangan pengukuran dari sekelompok ikan tertentu dari berat rata-rata
terhadap panjang pada kelompok ikan tertentu dari berat rata-rata terdapat
panjang gelombang umurnya, kelompok panjang atau bagian dari populasi
(Yasidi,dkk., 2005).
Pertumbuhan
adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat. Pertumbuhan dipengaruhi
faktor genetik, hormon, dan lingkungan (zat hara). Ketiga faktor tersebut
bekerja saling mempengaruhi, baik dalam arti saling menunjang maupun saling
menghalangi untuk mengendalikan perkembangan ikan (Fujaya, 2004)
BAB III
METODOLOGI KERJA
3.1. Waktu dan Tempat
Adapun waktu
dan tempat Pratikum biologi perikanan dilakukan adalah pada hari selasa,
tanggal 25 oktober 2016, pukul 02:00-04:00 WIB. Adapun tempat praktikum di
laboratorium Perikanan Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah
Kuala.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan paada praktikum ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.2. Alat Dan Bahan
No
|
Alat dan Bahan
|
Jumlah
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
Ikan Selar
Nampan
Timbangan
Mistar
Alat Tulis
Tissue
Laptop
Sarung Tangan
|
30 ekor
3 unit
1 unit
4 unit
Seperlunya
Seperlunya
4 unit
4 pasang
|
3.3 Cara
Kerja
3.3.1 Cara
Kerja Pengukuran Panjang Berat
Ø Disediakan
sampel ikan Tongkol sebanyak 5 ekor/orang.
Ø Diletakkan
di atas nampan untuk di amati.
Ø Diukur panjang total (TL) ikan satu per satu
menggunakan mistar dan di catat hasilnya.
Ø Diukur berat
ikan (W) ikan satu per satu menggunakan timbangan dan di catat hasilnya.
Ø Dikonversikan
data dari cm ke mm untuk memudahkan perhitungan.
Ø Dianalisa
data pengukuran yang diperoleh menggunakan Microsoft Office Excel.
3.3.2 Cara Kerja Analisa Data
Perhitungan Panjang Berat (LWS)
Ø Diambil data
TL dan W dari keseluruhan data yang diukur.
Ø Di ln kan
data TL dan data W yang diperoleh.
Ø Di blok data
yg telah di ln kan, kemudian insert scatter, klik kanan sembarang di titik data
pada chart, kemudian dipilih add trendline pilih equation on chat & display
R
Ø Dihitung
nilai a dan b untuk menghitung Ws (berat prediksi), b = y, a = EXP dari
–y angka yang ke dua.
Ø Dihitung
nilai residual dari ln Ws di kurang ln W.
Ø Dihitung nilai varian residual.
Ø Dihitung
nilai bias correction.
Ø Dihitung
nilai faktor kondisi Fulton (K) sesuai dengan persamaan Okgerman (2005).
Ø Dihitung
nilai faktor kondisi berat relatif (Wr) sesuai dengan persamaan Rypel dan
Richter (2008).
Ø Di insert scatter utuk melihat perbandingan hasil pengukuran dan prediksi.
Gambar Ikan Selar |
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil Pengamatan
Data hasil
pengamatan terlampir.
4.2. Pembahasan
Berdasarkan
praktikum yang dilaksanakan, ikan selar yang diukur panjang berat tubuhnya,
memiliki ukuran yang berbeda-beda antara ikan yang satu dengan ikan yang lain.
Adapun ukuran ikan yang terpanjang adalah 235 mm, dengan beratnya
adalah 130 gr, sedangkan ukuran yang terpendek adalah 125 mm dengan
beratnya 100 gr. Ukuran antara berat dan panjang ikan tersebut bisa
dikatakan sudah seimbang.
Perbedaan
ukuran berat dan panjang antara tiap ikan tersebut dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti yang telah dikemukakan oleh Fujaya (1999), dimana ada
dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan yaitu faktor dalam dan faktor
luar. Faktor dalam ini sulit untuk dilakukan pengontrolan, sedangkan faktor
luar mudah untuk pengontrolannya.
Adapun
yang termasuk faktor dalam tersebut adalah faktor keturunan, dimana faktor ini
mungkin dapat dikontrol dalam suatu kultur, salah satunya dengan mengadakan
seleksi yang baik bagi pertumbuhannya sebagai induk. Kemudian faktor jenis
kelamin, kemungkinan tercapainya kematangan gonad untuk pertama kali cenderung
mempengaruhi pertumbuhan, yang menjadi lambat karena sebagian makanan tertuju
pada perkembangan gonad tersebut. Untuk faktor umur, pertumbuhan cepat terjadi
pada ikan yang masih muda, sedangkan ikan yang sudah tua umumnya kekurangan
makanan berlebih untuk pertumbuhan, karena sebagian besar digunakan untuk
pemeliharaan tubuh dan pergerakan. Terakhir faktor parasit dan penyakit dapat
mempengaruhi pertumbuhan jika alat pencernaan atau organ vital lainnya
terserang, sehingga efisiensi makanan yang berguna bagi pertumbuhan berkurang. Sedangkan
yang termasuk faktor luar adalah makanan, dalam hal ini makanan adalah faktor
yang paling penting karena dengan adanya makanan berlebih dapat menyebabkan
pertumbuhan ikan menjadi lebih pesat. Faktor luar lain yang mempengaruhi yaitu
kualitas air, misalnya suhu, oksigen terlarut dan karbondioksida.
Dalam
suatu pengukuran pertambahan panjang dan berat ikan, terdapat adanya nilai b
yang ikut menentukan dalam pengukuran tersebut. Berdasarkan dari hasil
perhitungan, nilai b yang diperoleh untuk pengukuran ikan selar adalah 0.2085. Nilai tersebut dapat dikategorikan
lebih kecil dari 3. Hal demikian sesuai dengan pernyataan dari
Effendie (1979), yang menyatakan ada kemungkinan 3 nilai yang muncul dalam
pengukuran panjang dan berat ikan, yaitu b<3, b=”, dan b>3. Adapun untuk
b<3 b=”3 menunjukkan bahwa pertambahan panjang tidak secepat pertambahan
berat. Berdasarkan pernyataan tersebut, pada hasil yang diperoleh untuk
pengukuran ikan selar adalah nilai b<3.
Pada Praktikum ini hanya dilakukan pengolahan data
untuk mengetahui hubungan panjang berat dan faktor kondisi ikan. Sehingga data
yang dipakai hanya Panjang Total (TL) dan berat ikan (W) yang mana data hasil
pengukuran tersebut sudah dikonversikan dari cm ke mm tujuannya agar data lebih
akurat dan biasa dilakukan untuk penelitian. Kemudian nilai TL dan W di ubah
menjadi LnTL dan LnW tujuannya untuk mendapatkan nilai a dan b yang diperoleh
dari grafik (lampiran) dari total LnTL dan LnW dan digunakan untuk mengukur
berat prediksi (Ws) dengan persamaan: Ws = a x Lb
Nilai a merupakan intercept regresi
linear dan b adalah koefisien regression yang mana
mencerminkan pola pertumbuhan ikan seperti nilai (B) yang diperoleh pada saat
praktikum adalah 0.2085 yang
tergolong dalam allometrik negatif atau pertambahan panjang lebih cepat
berbanding pertambahan bobot tubuh.
Dari
perhitungan yang kmi lakukan untuk mendapatkan Faktor Kondisi Fulton (K) dan
faktor Kondisi Berat Relatif (Wr) Didapatkan Nilai K = 3,065116 dan Wr = 100,494. Maka dapat
disimpulkan bahwa perairan dimana populasi ikan ini hidup menyediakan cukup
makanan dan jumlah predator yang rendah
.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang telah
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1)
Hubungan panjang
berat ikan merupakan pengetahuan yang signifikan dipelajari, terutama
untuk mengkonversi statistik hasil tangkapan, menduga besarnya populasi dan
laju - laju mortalitasnya
2)
Dari 30 ekor ikan selar yang telah diukur memiliki
ukuran berat dan panjang yang berbeda – beda.
3)
Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh nilai konstanta B = 0.2085 yang menunjukkan ikan Selar termasuk allometrik negatif.
4)
Nilai B = 0.2085
yang diperoleh menunjukkan bahwa ikan selar tersebut memiliki petumbuhan
panjang dan berat yang tidak seimbang
5)
Dari
perhitungan yang dilakukan diperoleh R2 = 0,1313
yang menyatakan nilai regresi hubungan panjang dan berat ikan bilih sehingga
dapat menyatakan populasi lingkungan habitat perikanan tersebut.
6)
Dari nilai faktor kondisi berat relatif (Wr)
menunjukkan bahwa perairan dimana populasi ikan selar hidup menyediakan cukup
makanan atau jumlah/kepadatan predatoe rendah
7)
Variasi
faktor kondisi bergantung pada kepadatan populasi, tingkat kematangan gonad,
makanan, jenis kelamin dan umur.
8)
Adapun ukuran ikan yang
terpanjang adalah 235 mm, dengan beratnya adalah 130 gr,
sedangkan ukuran yang terpendek adalah 125 mm dengan
beratnya 100 gr.
4.2. Saran
Dalam melakukan pengukuran ikan hendaknya dilakukan secara
hati-hati agar data yang diperoleh tidak asal asalan dalam proses pengukuran
ikan sample. Juga diharapkan agar Praktikum Biologi Perikanan kedepan dapat
dilakukan tepat waktu agar praktikum lebih efisien dan lancar. Terima kasih!
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul, R., 1985. Ekologi Ikan. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya, Malang
Barus, S, R, D. 2011. Bioekologi Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis). [Tesis] Program
Magister Biologi. Fmipa. USU.
Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Cetakan Kedua/Edisi Revisi. Yayasan Pustaka
Nusantara. Yogyakarta. P.163.
Fujaya. 2002. Fisiologi Ikan. Dikti Departemen Pendidikan Nasional
Poernomo, N. 2002. Hubungan
Panjang – Berat Dan Faktor Kondisi Ikan Layang (Decapterus Russelli) Dari Perairan
Sekitar Teluk Likupang Sulawesi Utara. [Jurnal] ISSN 0125-9830. Vol 1 No
35.
Vanichkul, A, 1993. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Yasidi, Z., Affandi, R., Mokogintaz, I. 2003. Pengaruh Pemberian Selulosa Dalam Pakan
Terhadap Kondisi Biologis Benih Ikan Gurami (Osphronemus Gourami).
[Jurnal]. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Kelautan dan
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
0 Response to "Laporan BIOPER - Hubungan Panjang Berat Ikan Selar"
Post a Comment