Ilmu Kesehatan Masyarakat (untuk Kalangan SMK Kesehatan)

Ilmu Kesehatan Masyarakat (untuk Kalangan SMK Kesehatan)

Batasan Kesehatan Masyarakat

Batasan kesehatan masyarakat (public health) menurut Profesor
Winslow (1920) dari Universitas Yale adalah ilmu dan seni mencegah
penyakit, memperpanjang usia hidup, dan meningkatkan kesehatan
fisik dan mental, dan efisiensi, melalui usaha-usaha pengorganisasian
masyarakat untuk meningkatkan dan perbaikan sanitasi lingkungan,
pemberantasan penyakit menular, pendidikan kebersihan pribadi,
pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis
dini dan pengobatan, dan pengembangan rekayasa sosial untuk
menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam
memelihara kesehatan. Dari batasan tersebut tersirat bahwa
kesehatan masyarakat adalah kombinasi antara teori (ilmu) dan
praktek (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit,
memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan penduduk
(masyarakat). Ketiga tujuan tersebut sudah barang tentu saling
berkaitan dan mempunyai pengertian yang luas. Untuk mencapai
ketiga tujuan pokok tersebut, Winslow mengusulkan cara atau
pendekatan yang dianggap paling efektif adalah melalui upaya-upaya
pengorganisasian masyarakat.

Kesehatan masyarakat berkaitan dengan gangguan kesehatan pada
kelompok masyarakat. Oleh sebab itu, sifat dari Ilmu kesehatan
masyarakat lebih ditekankan pada pencegahan (prevensi) dan
peningkatan (promosi). Ilmu kesehatan masyarakat berurusan
dengan gangguan kesehatan pada masyarakat, di mana masyarakat
mempunyai aspek yang sangat luas, maka penanganannya harus
secara multisektor dan multidisiplin. Profesi dokter saja belum cukup
untuk menangani masalah kesehatan masyarakat. Penanganan
kesehatan masyarakat tidak cukup dengan upaya terapi para
penderita saja, karena apabila setelah mereka sembuh akan kembali
ke masyarakat. Oleh karena itu, terapi penderita gangguan kesehatan
tidak saja ditujukan kepada penderitanya saja, tetapi seluruh
masyarakat tersebut.

Masalah kesehatan masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan
saja, melainkan aspek-aspek terkait yang lain, seperti ekonomi,
sosial-budaya, pendidikan, kependudukan, dan sebagainya. Oleh
sebab itu, penanganan atau perbaikan derajat kesehatan masyarakat
sebagai upaya terapi tidak hanya diarahkan kepada gangguan
kesehatan saja, melainkan juga ke arah bidang-bidang yang lain.
Misalnya, penyakit gizi KKP (kekurangan kalori dan protein) pada
anak-anak balita, tidak cukup dengan hanya pemberian makanan
tambahan saja (PMT), tetapi juga dilakukan perbaikan ekonomi
keluarga, peningkatan pengetahuan, dan sebagainya.

Objek kajian ilmu kesehatan masyarakat terutama dari aspek
kesehatannya, atau yang manjadi pasien kesehatan masyarakat
adalah masyarakat. Masyarakat sebagai objek penerapan ilmu
kesehatan mempunyai aspek sosial, ekonomi, dan budaya yang
sangat kompleks.

Tujuan kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi keterpaduan
antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah
penyakit yang terjadi di masyarakat. Pengorganisasian masyarakat
dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan kesehatan masyarakat pada
hakekatnya adalah menghimpun potensi masyarakat atau sumber
daya yang ada di dalam masyarakat itu sendiri untuk upaya-upaya
preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif kesehatan mereka sendiri.

Masalah-masalah kesehatan masyarakat mencakup:
1. Sanitasi lingkungan.
2. Pemberantasan penyakit
3. Pendidikan kesehatan (higiene)
4. Manajemen (pengorganisasian) pelayanan kesehatan dan
5. Pengembangan rekayasa sosial dalam rangka pemeliharaan
kesehatan masyarakat.

Dari 5 bidang kegiatan kesehatan masyarakat tersebut, 2 kegiatan
diantaranya yakni kegiatan pendidikan higiene dan rekayasa sosial
adalah menyangkut kegiatan pendidikan kesehatan. Sedangkan
kegiatan bidang sanitasi, pemberantasan penyakit, dan pelayanan
kesehatan sesungguhnya tidak sekedar penyediaan sarana fisik,
fasilitas kesehatan dan pengobatan saja tetapi perlu upaya pemberian
pengertian dan kesadaran kepada masyarakat tentang manfaat serta
pentingnya upaya-upaya atau fasilitas fisik tersebut dalam rangka
pemeliharaan, peningkatan dan pemulihan kesehatan mereka.
Apabila tidak disertai dengan upaya-upaya ini, maka sarana-sarana
atau fasilitas pelayanan tersebut tidak atau kurang berhasil serta
optimal.

Di berbagai Negara berkembang termasuk Indonesia, usaha
kesehatan masyarakat merupakan usaha utama. Hal ini dilakukan
karena usaha ini dianggap lebih murah dan lebih posistif daripada
mengobati. ”Mencegah Lebih Murah dan Mudah daripada Mengobati”.
Biaya yang diperlukan untuk pengobatan jauh lebih besar daripada
biaya kesehatan. Biaya pengobatan inipun akan terus naik dengan
semakin canggihnya teknologi pengobatan yang digunakan dalam
usaha penyembuhan. Berbeda dari usaha di masa lampau yang
ditekankan pada usaha pengobatan, yaitu mengobati orang-orang
telah sakit dengan segala penderitaan serta kerugian-kerugian yang
diakibatkannya. Saat ini, usaha utama untuk mencapai derajat
kesehatan, yang bertujuan mencegah jangan sampai masyarakat
jatuh sakit dan memelihara agar masyarakat tetap atau bahkan
menjadi semakin sehat. Dengan demikian, dapat dikurangi kerugian
materiil, penderitaan, dan dapat juga dicegah terjadinya cacat. Cacat
yang terjadi pada bayi, anak-anak, serta tenaga kerja sangat
merugikan masyarakat dan Negara. Selain itu cacat merupakan
penderitaan yang harus ditanggung oleh masyarakat selama masa
hidupnya. Kesemuanya ini, terutama dilihat dari segi pembangunan
sumber daya manusia tidak dapat dibiarkan. Sebagai contoh adalah
kasus adlah kasus kekurangan vitamin A, yang dapat diikuti oleh
penyakit Trachoma serta kebutaan. Sepanjang hidup anak-anak
tersebut akan harus hidup di dalam kegelapan dengan berbagai
keterbatasan serta ketergantungan yang sangat besar. Contoh lain
yang saat ini sangat memprihatinkan adalah banyaknya terjadi
kecelakaan lalu lintas diantara anak muda dan yang seringkali
mengenai otak, suatu organ yang paling berharga bagi manusia; bila
tidak meninggal, maka kecelakaan itu sering meninggalakan cacat. Di
samping itu masih banyak lagi penyakit menular yang dapat
meninggalkan cacat, seperti Poliomelitis, Hepatitis, Encephalitis, dan
sebagainya. Keadaan cacat ini memerl;ukan program rehabilitasi
yang cukup mahal, dan juga meningkatkan beban masyarakat yang
produktif.

Pada prinsipnya, pencegahan dan pemberantasan penyakit perlu
dilaksanakan dengan partisipasi masyarakat secara penuh. Jadi
masyarakat sendirilah yang dapat memberantas penyakit atau
meningkatkan kesehatannya. Agar masyarakat dapat terlindung dari
penyakit, masyarakat harus mampu berperilaku sehat. Kemampuankemampuan
serta partisipasi masyarakat dalam memberantas
penyakit diharapkan dapat ditimbulkan oleh usaha-usaha kesehatan
masyarakat. Dengan demikian ruang lingkup ilmu kesehatan
masyarakat menjadi sangat luas, mencakup segala aspek, yaitu
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, yang mempengaruhi
perilaku masyarakat. Dapat dimengerti bahwa usaha kesehatan
masyarakat inipun membutuhkan kerja multidisiplin para ahli, seperti
ahli kedokteran, kesehatan, rekayasa, statistik, sosial, budaya, dan
lain-lainnya.

Agar usaha kesehatan masyarakat ini dapat terlaksana dengan
efisien, maka masyarakat perlu terorganisisr. Lewat organisasi
masyarakat ini diharapkan akan dapat dilaksanakan usaha-usaha
kesehatan secara efektif dan efisien. Hal ini mudah dimengerti,
karena kesehatan masyarakat itu populasinya adalah masyarakat
secara keseluruhan dan bukan individu per individu. Agar masyarakat
dapat meningkatkan kesehatannya paling sedikit diperlukan enam
usaha dasar yang dikenal dalam ilmu Kesehatan Masyarakat sebagai
“The Basic Six” atau enam usaha dasar. Usaha kesehatan
masyarakat di Indonesia, selain terdiri atas “The Basic Six” juga
ditambah dengan usaha-usaha lainnya yang dirasa perlu. Konsep
“The Basic Six” menurut WHO (World Health Organization)
1. Pemeliharaan dokumen kesehatan
2. Pendidikan kesehatan
3. Kesehatan lingkungan
4. Pemberantasan penyakit menular
5. Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA)
6. Pelayanan medis dan perawatan kesehatan

Di dalam UURI no.23, 1992, Bab V pasal 11, tertulis bahwa upaya
kesehatan dilaksanakan melalui 15 kegiatan sebagai berikut:
1. Kesehatan keluarga
2. Perbaikan gizi
3. Pengamanan mkanan dan minuman
4. Kesehatan lingkungan
5. Kesehatan kerja
6. Kesehatan jiwa
7. Pemberantasan penyakit
8. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
9. Penyuluhan kesehatan masyarakat
10. Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
11. Pengamanan zat aditif
12. Kesehatan sekolah
13. Kesehatan olah raga
14. Pengobatan tradisional
15. Kesehatan mata
16. Kesehatan olah raga
17. Kesehatan pekerja nonformal
18. Pembinaan pengobatan tradisional
19. Peningkatan upaya dana sehat masyarakat.

Kesemuanya ini perlu dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan
berkesinambungan agar dapat memecahkan permasalahan
kesehatan yang dihadapi. Misalnya, program untuk kesehatan
lingkungan memerlukan ahli rekayasa di bidang air bersih, limbah,
lingkungan kerja, udara dan lain-lainnya. Penyuluhan akan
memerlukan penyuluh dan ke-ikut-sertaan tokoh masyarakat;
penanggulangan kecelakaan antara lain akan memerlukan tenaga
ahli mesin ataupun listrik, untuk berbagai peralatan bermotor, atau
tenaga ahli jalan, pemukiman, perindustrian, ahli kimia, ahli
pertranian, pengatur lalu-lintas, dan pendidik pengguna jalan dan
kendaraan bermotor. Dari sekian banyak usaha biasanya inisiasi
dilakukan dengan usaha KIA, karena berbagai alas an, yang antara
lain:
• masyarakat peka terhadap kesehatan anak
• bersama KIA dapat dilakukan aktivitas kesehatan masyarakat
lainnya seperti: pendidikan kesehatan, usaha peningkatan gizi,
kesehatan balita, kesehatan lingkungan, keluarga berencana,
dan seterusnya. Dengan demikian, usaha-usaha lainnya dapat
ikut berkembang bersama dengan usaha KIA.

Kesulitan-kesulitan dan hambatan pada umumnya adalah norma,
adat kebiasaan, kepercayaan, ketergantungan sikap, dan lain-lain,
yang tidak menunjangkesehatan. Kesehatan anak terutama sangat
dipengaruhi oleh hidupnya, jadi status kesehatan lingkungannya,
sangat menentukan kesehatan bayi, terutama karena bayi
melewatkan sebagian besar waktunya di dalam lingkungan tersebut.

Jadi, penyakit yang diderita bayi biasanya bersumber dari lingkungan
sekitarnya. Pengelolaan lingkungan hidup sehat dengan tujuan untuk
mencapai derajat kesehatan warga masyarakat yang ideal dan
optimal meliputi usaha-usaha:
• Perencanaan
• Pengorganisasian
• Pengarahan
• Pengawasan
• Pengkoordinasian
• Penilaian faktor-faktor yang ada pada lingkungan hidup yang
berkaitan dengan perkembangan fisik warga masyarakat dan
kelangsungan hidup manusia.

Tujuan pendidikan kesehatan ialah untuk mengubah perilaku
masyarakat yang tidak sehat menjadi sehat. Tujuan tersebut dapat
dicapai dengan anggapan.
• bahwa manusia selalu dapat belajar/berubah, karena manusia
selama hidupnya selalu berubah untuk menyesuaian diri
terhadap perubahan lingkungan, dan
• bahwa perubahan dapat diinduksikan

Teori perubahan perilaku menyatakan bahwa perubahan dapat terjadi
apabila terjadi motivasi pada seseorang ialah dengan melibatkan ke
dalam suatui aktivitas. Aktivitas demikian disebut keadaan anteseden.
Keadaan ini dapat memberi stimulasi, sehingga terjadi partisipasi.
Partisipasi selanjutnya menimbulkan interaksi antar anggota
masyarakat sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan pada dirinya
sehingga timbul kesadaran tentang keadaan dirinya tersebut, atau
keinginan ataupun dorongan untuk berubah, yakni mengubah
keadaannya yang jelek menjadi baik; keadaan inilah yang
menunjukkan motif pada diri seseorang telah terbentuk. Atasar motif
inilah akan terjadi perubahan perilaku. Pendidikan kesehatan ini
sangat penting, dan diperlukan oleh semua kegiatan dasar kesehatan
masyarakat, termasuk kesehatan lingkungan. Misalnya, tidak cukup
kiranya kalau hanya dibangun penyediaan air bersih; tetapinya harus
yakin bahwa dengan demikian masyarakat akan terlindung dari
penyakit bawaan air. Hal ini tidak terjadi secara otomatis, masyarakat
harus berubah sesuai dengan teknologi yang kita perkenalkan pada
masyarakat. Misalnya, apabilatadinya masyarakat mengambil air dari
sungai, maka setelah ada Penyediaan Air Minum (PAM), diharapkan
bahwa mereka akan menggunakan air PAM. Hal ini hanya dapat
terjadi apabila dilakukan penyuluhan tentang kegunaan dan manfaat
air bersih. Selain itu penyakit bawaan air hanya dapat menurun
jumlahnya, apabila masyarakat mau hidup lebih higienis. Inipun perlu
dipelajari. Dengan demikian usaha kesehatan lingkunganpun perlu di
dukung oleh usaha pendidikan kesehatan.

Usaha laboratorium ini dimaksudkan untuk menunjang semua usaha
kesehatan. Di dalamnya termasuk laboratorium klinis yang didapatkan
di poliklinik ataupun rumah sakit, serta yang berdiri sendiri. Tujuan
utama laboratoriumkesehatan adalah untuk mencegah penyakit.
Usaha laboratorium sedemikian meliputi;
a. pembuatan vaksin dan serum
b. melakukan pemeriksaan material yang berbahaya bagi
masyarakat, misalnya drah, hewan terjangkit Rabies
c. pemeriksaan dan pemantauan udara, air, lumpur, dan
makanan
d. pemeriksaan dan pemantauan vektor penyakit(serangga
pembawa penyakit)
e. memberi pelayanan pengobatan pencegahan seperti
vaksinasi, observasi hewan terjangkit rabies. Dai uraian ini
jelas sudah hubungan dengan kesehatan lingkungan.


Sanitasi lingkungan

Salah satu upaya kesehatan masyarakat adalah untuk mengatasi
masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan
masyarakat. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi
lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat.
Sanitasi lingkungan secara detail dibahas pada Bab 14 tentang
Kesehatan Lingkungan.


Pemberantasan penyakit

Pemberantasan, pencegahan, dan pengobatan penyakit yang
terjadi dalam masyarakat merupakan salah satu usaha kesehatan
masyarakat.

Pengendalian Vektor dan Hospes Penyakit

Vektor adalah hewan yang berperan membawa atau
menularkan suatu penyakit, tetapi agen penyebab penyakit
tersebut tidak mengalami perkembang-biakan pada tubuh
hewan tersebut. Sebagai contoh penyakit yang ditularkan lewat
vektor antara lain: lalat menularkan penyakit disentri. malaria,
DHF.

Induk semang atau hospes dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
hospes sejati (definitif) dan perantara. Induk semang sejati
adalah makhluk hidup dimana penyebab penyakit
melangsungkan kehidupan dan berkembang-biak. Induk
semang perantara adalah makhluk hidup yang ditempati oleh
agen penyakit yang mana agen penyakit tersebut hanya
mengalami pertumbuhan dan perkembangan tetapi tidak
berkembang-biak. Biasanya induk semang berperan
menularkan suatu penyakit ke induk semanng lainnya. Sebagai
contoh: nyamuk Anopheles sp. menularkan malaria. Kucing
menularkan penyakit Toxoplasmosis. Nyamuk Aedes aegypti
menularkan demam berdarah Dengue (BDB).

Pengendalian vektor dan hospes penyakit dapat dilakukan
dengan berbagai cara yakni mekanik, kimiawi, dan biologis.
1. Secara mekanik dengan memberantas tempat hidup
(sarang) yang disukai vektor dan hospes penyakit tersebut.
Sebagai contoh: program M-3 (menutup, menguras, dan
mengubur).
2. Secara kimiawi dengan menggunakan obat-obatan
pembasmi vektor dan hospes penyakit tersebut. Sebagai
contoh: pemberantasan nyamuk dengan menggunakan
insektisida (DDT), larvisida (abate) dsb.
3. Secara biologis dengan menggunakan predator (hewan
pemangsa) vektor dan hospes penyakit tersebut. Sebagai
contoh: pemberantasan nyamuk menggunakan ikan, bakteri,
cacing, dan jenis nyamuk lainnya.
4. Secara terpadu yaitu menggunakan ketiga cara tersebut
bersamaan. Cara terpadu merupakan cara pengendalian
vektor dan hospes penyakit yang terbaik dan efektif.


Promosi kesehatan

Promosi Kesehatan yang dahulu lebih dikenal dengan pendidikan
kesehatan, adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan
dan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan. Mengingat tujuan akhir promosi kesehatan bukan
sekedar masyarakat mau hidup sehat, tetapi juga mampu untuk
hidup sehat, maka promosi kesehatan bukan sekadar
menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan
agar masyarakat mengetahui dan berperilaku hidup sehat, tetapi
juga bagaimana masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya.

Promosi kesehatan masyarakat penting untuk menunjang programprogram
kesehatan yang lain. Akan tetapi pada kenyataannya
pengakuan ini tidak didukung oleh kenyataan. Artinya dalam
program-program pelayanan kesehatan kurang melibatkan
pendidikan kesehatan. Meskipun program itu mungkin telah
melibatkan pendidikan kesehatan tetapi kurang memberikan bobot.
Argumentasi mereka adalah karena pendidikan kesehatan itu tidak
segera dan jelas memperlihatkan hasil. Dengan perkataan lain
pendidikan kesehatan itu tidak segera membawa manfaat bagi
masyarakat dan yang mudah dilihat atau diukur. Hal ini memang
benar karena pendidikan adalah merupakan behavioral investment
jangka panjang. Hasil investasi pendidikan kesehatan baru dapat
dilihat beberapa tahun kemudian. Dalam waktu yang pendek
(immediate impact) pendidikan kesehatan hanya menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat. Sedangkan
peningkatan pengetahuan saja belum akan berpengaruh langsung
terhadap indikator kesehatan.

Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh terhadap perilaku
sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari
pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan
berpengaruh kepada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat
sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan. Hal ini berbeda
dengan program kesehatan yang lain, terutama program
pengobatan yang dapat langsung memberikan hasil (immediate
impact) terhadap penurunan kesakitan.
Melibatkan 5 dimensi:
1. Kebijakan
2. Lingkungan
3. Tenaga kes
4. PSM
5. Perorangan

Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan
di bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan
kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau praktek pendidikan.
Oleh sebab itu konsep pendidikan kesehatan adalah konsep
pendidikan yang diaplikasikan pada bidang kesehatan.
Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti
didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan
atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih
matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat.

Konsep ini berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai
makhluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai
hidup di dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain
yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa, lebih pandai, lebih
mampu, lebih tahu dan sebagainya). Dalam mencapai tujuan
tersebut, seorang individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas
dari kegiatan belajar. Kegiatan atau proses belajar dapat terjadi
dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Seseorang dapat
dikatakan belajar apabila didalam dirinya terjadi perubahan, dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan menjadi
dapat mengerjakan sesuatu. Namun demikian tidak semua
perubahan itu terjadi karena belajar saja, misalnya perkembangan
anak dari tidak dapat berjalan menjadi dapat berjalan. Perubahan
ini terjadi bukan hasil proses belajar tetapi karena proses
kematangan. Dari uraian singkat ini dapat disimpulkan bahwa
kegiatan belajar itu mempunyai ciri-ciri: belajar adalah kegiatan
yang menghasilkan perubahan pada diri individu, kelompok, atau
masyarakat yang sedang belajar, baik aktual maupun potensial. Ciri
kedua dari hasil belajar adalah bahwa perubahan tersebut
didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu
yang relatif lama. Ciri ketiga adalah bahwa perubahan itu terjadi
karena usaha dan disadari, bukan karena kebetulan. Bertitik tolak
dari konsep pendidikan tersebut, maka konsep pendidikan
kesehatan itu juga proses belajar pada individu, kelompok atau
masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi
tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya
sendiri menjadi mampu, dan lain sebagainya. Berangkat dari
konsep pendidikan kesehatan dan bagan di bawah, pendidikan
kesehatan didefenisikan sebagai usaha atau kegiatan untuk
membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam
meningkatkan kemampuan (perilaku) nya / mereka untuk mencapai
kesehatannya / kesehatan mereka secara optimal. Disamping
konsep pendidikan kesehatan tersebut di atas, para ahli pendidikan
kesehatan juga telah mencoba membuat batasan tentang
pendidikan kesehatan yang berbeda-beda sesuai dengan konsep
mereka masing-masing tentang pendidikan. Batasan-batasan yang
sering dijadikan acuan antara lain dari Nyswander, Stuart, Green,
tim ahli WHO dan lain sebagainya.

Seperti telah disebutkan di atas bahwa prinsip pokok pendidikan
kesehatan adalah proses belajar. Didalam kegiatan belajar terdapat
3 persoalan pokok, yakni persoalan masukan (input), proses dan
persoalan keluaran (output).
Persoalan masukan dalam pendidikan kesehatan adalah
menyangkut sasaran belajar (sasaran didik) yaitu individu,
kelompok, atau masyarakat yang sedang belajar itu sendiri dengan
berbagai latar belakangnya. Persoalan proses adalah mekanisme
dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan (perilaku) pada diri
subjek belajar tersebut. Didalam proses ini terjadi perubahan timbal
balik antara berbagai faktor, antara lain: subjek belajar, pengajar
(pendidik atau fasilitator), metode & teknik belajar, alat bantu
belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari. Sedangkan keluaran
adalah merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan
atau perubahan perilaku dari subjek belajar. Proses kegiatan belajar
tersebut dapat digambarkan pada bagan di bawah! Beberapa ahli
pendidikan mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi
proses belajar ke dalam 4 kelompok besar, yakni faktor materi
(bahan belajar), lingkungan, instrumental dan subjek belajar. Faktor
instrumental ini terdiri dari perangkat keras (hardware) seperti
perlengkapan belajar dan alat-alat peraga dan perangkat lunak
(software) seperti fasilitator belajar, metode belajar, organisasi dan
sebagainya. Dalam pendidikan kesehatan subjek belajar ini dapat
berupa individu, kelompok atau masyarakat.

Promosi kesehatan di sekolah pada prinsipnya adalah menciptakan
sekolah sebagai komunitas yang mampu meningkatkan
kesehatannya (health promoting school). Oleh sebab itu, program
promosi kesehatan sekurang-kurangnya mencakup 3 usaha pokok,
yakni:

1. Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat
Lingkungan sekolah yang sehat, mencakup 2 aspek, yakni sosial
(non-fisik dan fisik).

a. aspek non-fisik (mental-sosial):
Lingkungan sosial sekolah adalah menyangkut hubungan antara
komunitas sekolah (murid, guru, pegawai sekolah dan orang tua
murid). Lingkungan mental sosial yang sehat terjadi apabila
hubungan yang harmonis, dan kondusif di antara komponen
masyarakat sekolah. Hubungan yang harmonis ini akan
menjamin terjadinya pertumbuhan dan perkembangan anak
atau murid dengan baik, termasuk tumbuhnya perilaku hidup
sehat.

b. Lingkungan fisik terdiri dari:

Bangunan sekolah dan lingkungannya yang terdiri dari:
• Letak sekolah tidak berdekatan dengan tempat-tempat
umum atau keramaian, misalnya pasar, terminal, mall, dan
sebagainya.
• besar dan konstruksi gedung sekolah sesuai dengan jumlah
murid yang ditampungnya.
• Tersedianya halaman sekolah dan kebun sekolah.
• Ventilasi memadai sehingga menjamin adanya sirkulasi
udara di setiap ruang kelas.
• Penerangan atau pencahayaan harus cukup, utamanya
cahaya dari sinar matahari dapat masuk ke setiap ruang
kelas.
• System pembuangan air limbah maupun air hujan dijamin
tidak menimbulkan genangan (harus mengalir).
• Tersedia air bersih dan pembuangan air besar atau air kecil
(jamban).
• Tersedianya tempat pembunagan sampah di setiap kelas,
dan tersa sekolah.
• Tersedianya kantin atau warung sekolah, sehingga
kebersihan dan keamanan makanan dapat diawasi.

Pemeliharaan Kebersihan Perorangan dan Lingkungan
Pemeliharaan kesehatan perorangan dan lingkungan merupakan
factor yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan
kehidupan sekolah yang sehat. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam rangka pemeliharaan kebersihan perorangan (personal
hygiene), khususnya bagi murid-murid adalah:
• kebersihan kulit, kuku, rambut, telinga, telinga, dan hidung.
• kebersihan mulut dan gigi.
• kebersihan dan kerapian pakaian.
• mMemakai alas kaki (sepatu atau sandal).
• cuci tangan sebelum memegang makanan, dan sebagainya.

Sedangkan kebersihan lingkungan yang perlu diperhatikan antara
lain:
• kebersihan perlengkapan sekolah (bangku, meja, dan alat
sekolah yang lain).
• kebersihan kaca, jendela, dan lantai
• kebersihan WC dan kamar kecil.
• kebersihan ruang kelas.
• membuang sampah pada tempatnya.
• membiasakan meludah tidak di sembarang tempat.
• pemeliharaan taman atau kebun sekolah.

Keamanan umum sekolah dan lingkungannya:
1. Ada pagar sekolah, untuk mencegah atau mengurangi muridmurid
keluar masuk gedung sekolah, sehingga membahayakan
keselamatannya.
2. Halaman dan gang atau jalan masuk ke sekolah mudah dilewati
atau tidak becek di musim hujan, dan berdebu pada musim
kemarau.
3. Semua pintu dan jendela diatur sedemikian rupa sehingga
membuka kea rah luar.
4. Ada tanda lalu lintas khusus sebagai pemberitahuan kepada
pemakai jalan agar waspada di lingkungan sekolah (banyak
anak berlari-larian).
5. Tersedia P3K, dan tenaga atau guru yang terlatih di bidang P3K.


Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan, khususnya bagi murid-murid Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), atau Sekolah Menengah
Atas (SMA) ditujukan untuk menanamkan kebiasaan hidup sehat
agar dapat bertanggung-jawab terhadap kesehatan diri sendiri serta
lingkungannya serta ikut aktif di dalam usaha-usaha kesehatan.

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tahap-tahap:
1. Memberikan pengetahuan tentang prinsip dasar hidup sehat.
2. Menimbulkan sikap dan perilaku hidup sehat.
3. Membentuk kebiasaan hidup sehat.

Hal-hal pokok sebagai materi dasar untuk menanamkan perilaku
atau kebiasaan hidup sehat adalah sebagai berikut:
a. Kebersihan perorangan dan lingkungan, terutama lingkungan
sekolah.
b. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, dengan
cara:
• Hidup bersih
• Imunisasi
• Pemberantasan nyamuk, kecoak, tikus, dan binatang lain
yang dapat menularkan penyakit.
• Cara penularan penyakit.
c. Penyakit-penyakit tidak menular (penyebab dan cara
pencegahannya).
d. Gizi yang meliputi:
1. Pengenalan berbagai makanan bergizi
2. Nilai gizi pada makanan
3. Memilih berbagai makanan yang bergizi
4. Kebersihan makanan
5. Penyakit-penyakit akibat kekurangan atau kelebihan gizi,
dan sebagainya.
6. Pencegahan kecelakaan atau keamanan diri
7. Mengenal fasilitas kesehatan yang professional, dan
sebagainya.

Pemeliharaan dan Pelayanan Kesehatan di Sekolah

Karena sekolah adalah sebuah komunitas, meskipun interaksi
efektif di antara anggota komunitas hanya sekitar 6-8 jam, namun
perlu adanya pemeliharaan kesehatan, khususnya bagi murid-murid
sekolah. Pemeliharaan kesehatan di sekolah ini mencakup:
1. Pemeriksaan kesehatan secara berkala, baik pemeriksaan
umum atau khusus, misalnya: gigi, paru-paru, kulit, gizi, dan
sebagainya.
2. Pemeriksaan dan pengawasan kebersihan lingkungan.
3. Usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular, antara lain dengan imunisasi.
4. Usaha perbaikan gizi.
5. Usaha kesehatan gigi sekolah.
6. Mengenal kelainan-kelainan yang mempengaruhi pertumbuhan
jasmani, rohani, dan social. Misalnya, penimbangan berat
badan, dan pengukuran tinggi badan.
7. Mengirimkan murid yang memerlukan perawatan khusus atau
lanjutan ke Puskesmas atau rumah sakit.
8. Pertolongan pertama pada kecelakaan dan pegobatan ringan.
9. Membantu sekolah dalam mengembangkan materi kesehatan
dalam kurikulum sekolah.
10. Menjalin kerja sama dengan sector lain dan pihak-pihak lain
dalam rangka mengembangkan upaya kesehatan sekolah.
11. Menggerakkan masyarakat di sekitar sekolah dalam rangka
upaya kesehatan sekolah.

Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai
dimensi, antara lain dimensi sasaran pendidikan, dimensi tempat
pelaksanaan atau aplikasinya, dan dimensi tingkat pelayanan
kesehatan.

Dari dimensi sasarannya, pendidikan kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi 3 yakni:
1. Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.
2. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.
3. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran
masyarakat luas.

Dimensi tempat pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat
berlangsung di berbagai tempat, dengan sendirinya sasarannya
berbeda pula, misalnya :
1. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah
dengan sasaran murid.
2. Pendidikan kesehatan di rumah sakit, dilakukan di rumahrumah
sakit dengan sasaran pasien atau keluarga pasien, di
puskesmas, dan sebagainya.
3. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran
buruh atau karyawan yang bersangkutan.


Pengembangan rekayasa sosial dalam rangka pemeliharaan kesehatan masyarakat

Pengorganisasian masyarakat dalam rangka pencapaian tujuantujuan
kesehatan masyarakat pada hakekatnya adalah
menghimpun potensi masyarakat atau sumber daya yang ada di
dalam masyarakat itu sendiri untuk upaya-upaya preventif, kuratif,
promotif, dan rehabilitatif kesehatan mereka sendiri.

Namun demikian, dalam praktiknya keduanya bertujuan
menciptakan derajat kesehatan warga masyarakat. Bedanya
kesehatan pribadi menekankan pada kesehatan individu,
sedangkan kesehatan masyarakat menekankan pada kesehatan
masyarakat. Pengorganisasian masyarakat dalam bentuk
penghimpunan dan pengembangan potensi dan sumber-sumber
daya masyarakat dalam konteks ini pada hakekatnya adalah
menumbuhkan, membina dan mengembangkan partisipasi
masyarakat di bidang pembangunan kesehatan. Menumbuhkan
partisipasi masyarakat tidaklah mudah, memerlukan pengertian,
kesadaran, dan penghayatan oleh masyarakat terhadap masalahmasalah
kesehatan mereka sendiri, serta upaya-upaya
pemecahannya. Untuk itu diperlukan pendidikan kesehatan
masyarakat melalui pengorganisasian dan pengembangan
masyarakat. Jadi pendekatan utama yang diajukan oleh Winslow
dalam rangka mencapai tujuan-tujuan kesehatan masyarakat
sebenarnya adalah salah satu strategi atau pendekatan pendidikan
kesehatan.


Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit

Pengendalian penyakit menular ini dimungkinkan karena orang
mengetahui antara lain berbagai cara penularannya. Cara
penularan dapat terjadi secara langsung, yaitu, kontaklangsung
antara penderitadengan lorang yang peka, ataupun secara tidak
langsung, yaitu lewat suatu media, seperti air, udara, makanan,
tanah, pakaian, serangga, tangan, dan seterusnya.

Untuk kepentingan pemberantasan yang menggunakan strategi
menghilangkan cara transmisi penyakit, maka penyakit seringkali
dikelompokkan atas dasar cara penyebarannya. Hal ini sangat
penting untuk mencegah menjalarnya penyakit dari satu daerah ke
daerah lain. Di sinilah pentingnya peran kesehatan lingkungan,
yakni mencegah menyebarnya penyakit lewat lingkungan.

Adapun pengelompokkan tersebut adalah sebagai berikut;
• penyakitbawaan air dan makanan (water and food-borne
diseases)
• penyakit bawaan udara (air borne diseases)
• penyakit bawaan tanah, dan
• penyakit bawaan vektor (vector borne diseases)

Program pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan vaksinasi
yang benar dan teratur. Pencegahan penyakit menular melalui 3
cara: eliminasi, memutus siklus, dan imunisasi (vaksinasi).
“Mencegah lebih baik dan murah daripada mengobati” Untuk
pencegahan dan penanggulangan penyakit menular khususnya
dapat dapat dilakukan dengan 3 cara pendekatan yaitu:

1. Menghilangkan reservoar
Menhilangkan reservoir manusia sebagai sumber penyebaran
penyakit dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Mengisolasi penderita (pasien), yaitu menempatkan pasien
di tempat yang khusus untuk mengurangi kontak dengan
orang lain.
2) Karantina adalah membatasi ruang gerak penderita dan
menempatkannya bersama-sama penderita lain yang
sejenis pada tempat yang khusus didesain untuk itu.
Biasanya dalam waktu yang lama, misalnya karantina untuk
penderita kusta.

2. Memutus mata rantai penularan
Pemberantasan penyakit pengendalian vektor dan hospes
penyakit. Vektor adalah hewan yang berperan membawa atau
menularkan suatu penyakit, tetapi agen penyebab penyakit
tersebut tidak mengalami perkembang-biakan pada tubuh
hewan tersebut. Sebagai contoh: lalat menularkan penyakit
disentri. Nyamuk Aedes aegypti menularkan demam berdarah
Dengue (DBD). Pengendalian vektor dan hospes penyakit dapat
dilakukan dengan berbagai cara: secara mekanik, khemis, dan
biologis.
1) Secara mekanik dengan memberantas tempat hidup
(sarang) yang disukai vektor dan hospes penyakit tersebut.
Sebagai contoh: program M-3 (menguras, menutup, dan
mengubur).
2) Secara khemis dengan menggunakan obat-obatan
pembasmi vektor dan hospes penyakit tersebut. Sebagai
contoh: pemberantasan nyamuk dengan menggunakan
insektisida (DDT), larvisida (abate) dsb.
3) Secara biologis dengan menggunakan predator (hewan
pemangsa) vektor dan hospes penyakit tersebut. Sebagai
contoh: pemberantasan nyamuk menggunakan ikan, bakteri,
cacing, dan jenis nyamuk lainnya.
4) Secara terpadu yaitu menggunakan ketiga cara tersebut
bersamaan. Cara terpadu merupakan cara pengendalian
vektor dan hospes penyakit yang terbaik dan
efektif.Meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene
perorangan adalah merupakan usaha yang penting untuk
memutus hubungan atau mata rantai penularan penyakit
menular. Desinfektansia ialah zat-zat kimia yang dapat
membunuh hama-hama penyakit dan jasad-jasad renik
lainnya. Misalnya: karbol, formalin, sublimat, kaporit, yodium,
alkohol dan lain-lain.

1. Melindungi dengan Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal. Anak
diimunisasi, berarti diberikan vaksin untuk merangsang
timbulnya kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu sesuai
dengan jenis vaksin yang diberikan. Oleh karena itu, seseorang
yang divaksinasi kebal terhadap suatu penyakit tetapi belum
tentu kebal terhadap penyakit yang lain.
Bayi dan anak balita merupakan kelompok usia yang rentan
terhadap penyakit menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu
lindungan khusus (specific protection) dengan imunisasi baik
imunisasi aktif maupun pasif. Obat-obat profilaksis tertentu juga
dapat mencegah penyakit malaria, meningitis dan disentri
basilus. Pada anak usia muda, gizi yang kurang akan
menyebabkan kerentanan pada anak tersebut. Oleh sebab itu,
meningkatkan gizi anak adalah juga merupakan usaha
pencegahan penyakit infeksi pada anak.
Vaksin ialah suatu perbenihan kuman-kuman yang sudah
dibunuh atau dilemahkan. Imunisasi bertujuan untuk
merangsang timbulnya kekebalan dari dalam tubuh dengan
memasukkan vaksin. Bila seseorang mendapat suntikan vaksin
TCD (Tifus, kolera dan Disenteri), maka tubuh orang itu akan
mengadakan reaksi terhadap vaksin tersebut, yakni dengan
membuat antibodi. Setelah antibodi tersebut terdapat dalam
tubuh dalam kadar yang cukup, maka untuk waktu yang tertentu
orang itu akan kebal terhadap penyakit tifus, cholera dan
disenteri. Jadi tujuan vaksinasi dengan vaksin ialah untuk
mendapatkan kekebalan terhadap penyakit yang bersangkutan.
Kadar antibodi di dalam darah lambat laun akan menurun.
Karena itu penyuntikan dengan vaksin-vaksin perlu diulangi dan
suntikan ulangan ini tergantung pada macamnya vaksin.
Imunisasi atau vaksinasi hanya diberikan kepada orang-orang
yang sehat saja.

Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan
menjadi 2, yakni:
1. Kekebalan tidak spesifik adalah pertahanan tubuh pada
manusia yang secara alamiah dapat melindungi badan dari
suatu penyakit. Misalnya kulit, air mata, cairan-cairan khusus
yang keluar dari perut (usus), adanya refleks-refleks
tertentu, misalnya batuk, bersin dan sebagainya.
2. Kekebalan spesifik dapat diperoleh dari 2 sumber, yakni: (1)
Genetik, kekebalan yang berasal dari sumber genetik ini
biasanya berhubungan dengan ras (warna kulit dan
kelompok-kelompok etnis, misalnya orang kulit hitam (negro)
cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria jenis
vivax. Contoh lain, orang yang mempunyai hemoglobin S
lebih resisten terhadap penyakit plasmodium falciparum
daripada orang yang mempunyai hemoglobin AA. (2)
Kekebalan yang Diperoleh (Acquired Immunity) yaitu
kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang
bersangkutan. Kekebalan dapat bersifat aktif dan dapat
bersifat pasif. Kekebalan aktif dapat diperoleh setelah orang
sembuh dari penyakit tertentu. Misalnya anak yang telah
sembuh dari penyakit campak, ia akan kebal terhadap
penyakit campak. Kekebalan aktif juga dapat diperoleh
melalui imunisasi yang berarti ke dalam tubuhnya
dimasukkan organisme patogen (bibit) penyakit. Kekebalan
pasif diperoleh dari ibunya melalui plasenta. Ibu yang telah
memperoleh kekebalan terhadap penyakit tertentu misalnya
campak, malaria dan tetanus maka anaknya (bayi) akan
memperoleh kekebalan terhadap penyakit tersebut untuk
beberapa bulan pertama. Kekebalan pasif juga dapat
diperoleh melalui serum antibodi dari manusia atau
binatang. Kekebalan pasif ini hanya bersifat sementara
(dalam waktu pendek saja).

Beberapa contoh vaksin yang sering digunakan untuk
mencegah timbulnya penyakit adalah:
1) Vaksin TCD
Gambar 13.2. Vaksinasi merupakan upaya pencegahan
agar tubuh memiliki zat kebal terhadap penyakit tertentu
2) Vaksin tetra mengandung bibit-bibit penyakit kolera, tifus,
paratifus A dan paratifus B yang sudah dimatikan atau
dilemahkan. Tetra berarti empat, sesuai dengan jumlah
kuman yang terkandung di dalam vaksin tersebut. Vaksin
tetra juga disebut sebagai vaksin kotipa (kolera, tifus, dan
paratifus).
3) Vaksin BCG (singkatan dari Bacille Calmette Guerin). Vaksin
BCG tediri dari basil-basil TBC hidup tetapi telah dilemahkan
sehingga tidak berbahaya lagi. Penyuntikan vaksin ini pada
bayi atau anak-anak, diharapkan memberikan kekebalan
terhadap serangan penyakit TBC. Vaksin BCG bukan
dipakai untuk mengobati penyakit TBC dan juga bukan untuk
mengetahui apakah seseorang menderita penyakit TBC.
Suntikan vaksin BCG diberikan khusus untuk mendapatkan
kekebalan yang khas, yakni kekebalan terhadap penyakit
TBC.
4) Vaksin cacar
5) Vaksin Salk ialah vaksin yang diberikan kepada anak-anak
untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit polio penyakit
lumpuh anak-anak).
6) Vaksin Otten ialah vaksin yang disuntikan kepada orangorang
untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit pes.
7) Vaksin TCD, vaksin tetra, dan vaksin cacar disebut vaksin
mati. Lawannya ialah vaksin hidup, misalnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kekebalan

Banyak faktor yang mempengaruhi kekebalan antara lain umur,
seks, kehamilan, gizi dan trauma.
1. Umur, untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi (anak
balita) dan orang tua lebih mudah terserang. Dengan kata
lain orang pada usia sangat muda atau usia tua lebih rentan,
kurang kebal terhadap penyakit-penyakit menular tertentu.
Hal ini mungkin disebabkan karena kedua kelompok umur
tersebut daya tahan tubuhnya rendah.
2. Seks, untuk penyakit-penyakit menular tertentu seperti polio
dan difteria lebih parah terjadi pada wanita daripada pria.
3. Kehamilan, pada wanita yang sedang hamil pada umumnya
lebih rentan terhadap penyakit-penyakit menular tertentu
misalnya penyakit polio, pneumonia, malaria serta
amubiasis. Sebaliknya untuk penyakit tifoid dan meningitis
jarang terjadi pada wanita hamil.
4. Gizi, asupan gizi yang baik pada umumnya akan
meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit-penyakit
infeksi tetapi sebaliknya kekurangan gizi berakibat
kerentanan seseorang terhadap penyakit infeksi.
5. Trauma, akibat salah satu bentuk trauma adalah merupakan
penyebab kerentanan seseorang terhadap suatu penyakit
infeksi tertentu.

Jenis-jenis Imunisasi

Pada dasarnya ada 2 jenis imunisasi, yaitu:
1. Imunisasi pasif (Pasive Immunization). Imunisasi pasif ini
adalah immuno-globulin. Jenis imunisasi ini dapat mencegah
penyakit campak (measles pada anak-anak).
2. Imunisasi aktif (Active Immunization). Imunisasi yang
diberikan pada anak adalah: BCG untuk mencegah penyakit
TBC. DPT untuk mencegah penyakit-penyakit difteri,
pertusis, dan tetanus. Polio untuk mencegah penyakit
poliomielitis. Campak untuk mencegah penyakit campak
(measles).
Imunisasi pada ibu hamil dan calon pengantin adalah imunisasi
tetanus toksoid. Imunisasi ini untuk mencegah terjadinya tetanus
pada bayi yang dilahirkan.
Tujuan Program Imunisasi
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut
adalah disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak
(measles), polio dan tuberkulosa.

0 Response to "Ilmu Kesehatan Masyarakat (untuk Kalangan SMK Kesehatan)"

Post a Comment

Advertising