Penerapan
Model Pembelajaran Quantum Terhadap Hasil Belajar Siswa
Pada
Tema Selalu berhemat Energi Sub
Tema 2 Pemanfaatan Energi
Kelas IV SD 32 Negeri Banda
Aceh
1.      PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang
Masalah
Di  dalam kegiatan belajar-mengajar
berlangsung
suatu proses pembelajaran
 dan
 evaluasi. Untuk  mendapat
out-put belajar-mengajar
yang berkualitas diharapkan
kedua proses tersebut hendaknya dikelola dan dilaksanakan dengan baik dan berarti. Suatu proses pengajaran dikatakan berhasil bila terjadi strukturisasi situasi perubahan
tingkah laku siswa. Perubahan tingkah
laku siswa pada saat proses  pembelajaran digunakan
sebagai salah satu indikasi
terselenggaranya proses pembelajaran
dengan baik.
            Tujuan setiap proses pembelajaran adalah diperolehnya hasil yang optimal.
Hal ini akan dicapai apabila semua terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun emosional. Suatu tujuan
 pembelajaran menyatakan suatu hasil yang diharapkan
dari  pembelajaran
 itu  dan
 bukan
 sekedar
 suatu  proses  dari  pembelajaran  itu sendiri.
            Tujuan pembelajaran  bidang
 pendidikan
 sebagaimana  tercantum  dalam SISDIKNAS  2003
yang menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional
adalah terwujudnya masyarakat Indonesia  yang damai, demokratis,
berakhlak, berkeahlian, berdaya
saing,  maju dan sejahtera dalam wadah negara Republik
Indonesia yang didukung oleh manusia
 Indonesia yang sehat, mandiri, beriman,
bertaqwa, berakhlak mulia, cinta  tanah    air,
berdasarkan hukum
dan lingkungannya, menguasai ilmu  pengetahuan dan teknologi,
memiliki etos kerja
yang tinggi serta disiplin (BSPN, 2006:5).
Tuntutan  manusia  yang  berkualitas
 hanya
 dapat
 dipenuhi  oleh  dunia
pendidikan.  Upaya pemenuhan tersebut merupakan suatu proses
yang panjang yang
dimulai sejak anak belajar di SD. Salah satu unsur yang turut menentukan kualitas Sumber Daya Manusia yaitu
penguasaan IPA.
Salah  satu
 mata  pelajaran
 yang
 ada  di  SD  yang  perlu  ditingkatkan
kualitasnya  adalah
 IPA  dan  SD  merupakan
 tempat  pertama
 siswa  mengenal
konsep-konsep dasar IPA, karena itu pengetahuan yang diterima siswa hendaknya menjadi dasar
yang dapat dikembangkan
di tingkat sekolah
yang lebih tinggi
di samping mempunyai kegiatan praktis yang dapat  diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Pada  pembelajaran  IPA
 sangat
 berkaitan  dengan  dunia  nyata  dalam kehidupan  sehari-hari.
Guru dapat membuka berbagai pikiran dari siswa yang bervariasi sehingga siswa dapat mempelajari   konsep-konsep
dalam penggunaannya pada aspek yang terkandung dalam mata pelajaran IPA untuk
memecahkan
 suatu  masalah
 atau  persoalan  serta  mendorong
 siswa  membuat
hubungan antara materi IPA dan penerapannya yang berkaitan dalam kehidupan
sehari-hari.
IPA merupakan
 konsep  pembelajaran  alam  dan  mempunyai
 hubungan
yang sangat  luas terkait
dengan kehidupana manusia. Pembelajaran
IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi, karena IPA
memiliki
 upaya
 untuk
 membangkitkan
 minat  siswa
 serta  kemampuan  dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam
semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap
dan masih bersifat
rahasia sehingga fakta       penemuannya  dapat   dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan
alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Patta Bundu (2006: 10) juga mengemukakan
pendapatnya bahwa sains adalah bangunan  atau deretan konsep dan skema konseptual
(conseptual schemes) yang saling berhubungan sebagai hasil eksperimentasi dan observasi.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas IV SD Negeri 32 banda aceh data hasil ulangan pada Pada Tema Selalu berhemat Energi Sub
Tema 2 Pemanfaatan Energi,  prestasi
 belajar  siswa
 masih
 rendah. Persentasi siswa  tuntas  hanya  43,33%  persen
 dari
 22 siswa
 dan
 untuk
 siswa seluruhnya diperlukan
remedial.
Rendahnya hasil belajar IPA siswa dibanding
mata pelajaran lain karena hingga  kini  proses
 pembelajaran  masih  menggunakan
 paradigma
 absolutisme
yaitu proses dimulai dari  merancang kegiatan pembelajaran, mengajar, belajar,
dan melakukan evaluasi yang mengalir secara linier. Guru lebih banyak berfungsi
sebagai  instruktur yang sangat aktif dan siswa sebagai
penerima pengetahuan yang pasif. Siswa yang
 belajar tinggal datang ke sekolah duduk mendengarkan,
mencatat, dan mengulang kembali di  rumah serta menghafal untuk menghadapi
ulangan. Pembelajaran seperti ini membuat siswa pasif karena siswa berada pada
rutinitas
yang  membosankan
 sehingga
 pembelajaran
kurang menarik. Pada umumnya pembelajaran
lebih banyak memaparkan fakta, pengetahuan,
hukum, kemudian  biasa
 dihafalkan
bukan berlatih  berpikir  memecahkan
masalah dan mengaitkannya dengan
pengalaman empiris
 dalam
 kehidupan  nyata  sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna.
Untuk menggali potensi anak agar selalu kreatif dan berkembang perlu
diterapkan pembelajaran
bermakna yang akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang  mengesankan.  Pengalaman yang diperoleh siswa makin berkesan
apabila proses pembelajaran
yang diperoleh merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya  sendiri  yaitu  proses  yang  melibatkan
 siswa  sepenuhnya  untuk
merumuskan suatu konsep. Untuk itu sudah menjadi tugas guru dalam mengelola proses belajar-mengajar adalah memilih model pembelajaran yang
 sesuai,
 agar
pembelajaran lebih menarik dan bermakna. Hal ini disebabkan adanya tuntutan pada  dunia  pendidikan  bahwa  proses
 pembelajaran  tidak  lagi
 hanya
 sekedar menstransfer
 pengetahuan dari guru ke siswa. Guru harus
mengubah paradigma tersebut
dengan kegiatan pembelajaran yang  aktif,    kreatif, efektif dan menyenangkan. 
Terkait belum optimalnya hasil belajar siswa kelas IV SD
32 Banda Aceh, maka penulis berupaya menerapkan model pembelajaran
Quantum sebagai salah satu alternative pembelajaran yang bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif
dan menyenangkan.
Berdasarkan
 kondisi
 tersebut  maka
 peneliti
 tergerak
 untuk  melakukan
penelitian dengan judul “Penerapan
Model
Pembelajaran
Quantum
Terhadap
Hasil
Belajar
Siswa
Pada
Tema Selalu berhemat Energi Sub
Tema 2 Pemanfaatan Energi kelas IV sd negeri 32 banda Aceh’’.
1.2
      Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.     
Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas vI
Sd negeri 32 Banda Aceh pada konsep Tema Selalu berhemat Energi Sub
Tema 2 Pemanfaatan Energi dengan menerapkan model
pembelajaran Quantum?
1.3  Tujuan Penelitian
Adapun
yang menjdi tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa melalui
model pembelajaran quantum pada konsep  Tema Selalu berhemat Energi Sub Tema 2
Pemanfaatan Energi di kelas IV sd negeri 32 banda aceh.
1.4
Manfaat Penelitian
Penelitian ini
 diharapkan  dapat  memberi  manfaat  baik
 bersifat  praktis maupun
teoretis.
1.
 Manfaat
Teoretis
            Hasil penelitian  ini
 diharapkan
 dapat  bermanfaat
 sebagai  bahan  masukan
untuk kegiatan-kegiatan
penelitian         selanjutnya yang berkaitan dengan .
Tema Selalu berhemat Energi Sub
Tema 2 Pemanfaatan Energi.
2.
Manfaat praktis 
a.
Bagi siswa 
sebagai salah satu metode untuk membantu
siswa dalam memahami pelajaran yang membahas konsep-konsep yang bersifat
abstrak.
b.
Bagi guru
1.     
Memberikan masukan dan pertimbangan untuk
menerapkan model pembelajaran  Quantum.
2.      Memberikan informasi untuk lebih lanjut
menekankan keaktifan siswa dalam belajar  mengajar.
3.      Sebagai
pertimbangan dan pemasukan serta menumbuhkan motivasi untuk  melakukan   pembelajaran
kontekstual yang teruji secara eksperimen.
c.
Sekolah 
Memberikan informasi bahwa teknik pembelajaran Quantum merupakan variasi pembelajaran yang menyenangkan, yang mampu
meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat meningkatkan mutu pendidikan di SD
Negeri 32  Banda
Aceh.
1.5       Hipotesis Tindakan
             Hipotesis
adalah pernyataan yang merupakan dugaan atau terkaan tentang apa saja yang di
amati dalam usaha untuk memahaminya (Arikunto, Suharsimi, dkk.20007:17). Hipotesis
juga merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara
teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya. Adapun
yang menjadi hipotesis di dalam penelitian ini adalah: Hasil belajar siswa pada
materi wujud benda  pada siswa kelas 1V
SD Negeri 32 Banda Aceh dapat meningkat dengan menggunakan model pembelajaran Quantum.
1.6       Sistematika  Penulisan
Laporan Penelitian
BAB I                         Pendahuluan terdiri dari
latar belakang masalah, perumusan masalah,          tujuan
penelitian, hipotesis tindakan, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II           Kajian Pustaka pada bab ini membahas mengenai prestasi hasil belajar, ilmu pengetauan alam, fungsi dan tujuan, Pada Tema Selalu berhemat Energi Sub
Tema 2 Pemanfaatan Energi,
                         membahas tentang suatu
kegiatan pekerjaan siswa pada sekolah dasar.
BAB III          Metodologi penelitian  meliputi pendekatan dan
jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik
pengumpulan data,dan teknik analisis data.
  
  | 
 
2.          KAJIAN PUSTAKA
2.1       
Hakikat Pembelajaran
            Menurut M. Djauhar
Sidiq dkk ( 2008 : 8) Pembelajaran adalah suatu upaya  yang
dilakukan oleh guru untuk membelajarkan siswa yang belajar. Sudjana (2004:28) “Pembelajaran dapat
diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan
agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu
antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang
melakukan kegiatan membelajarkan.
pembelajaran
adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai
tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik (2005: 57). Dari  pendapat 
 tersebut   dapat   dijelaskan 
 bahwa 
 pembelajaran   merupakan
serangkaian  kegiatan
 yang  dilaksanakan
 oleh
 siswa  dan  guru  dengan
berbagai   fasilitas   dan   materi   untuk 
 mencapai 
 tujuan   yang 
 sudah
ditetapkan.
Pembelajaran adalah suatu proses
interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan  bantuan
 yang  diberikan  pendidik
 agar
 dapat  terjadi  proses pemerolehan  ilmu
 dan
 pengetahuan,
 penguasaan
 kemahiran  dan  tabiat,
serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta
didik.
Dalam pembelajaran diperlukan
proses mengatur lingkungan agar terjadi interaksi siswa dan lingkungannya. Pada suatu saat siswa menerima rangsangan dari lingkungan luas sementara pada saat lain rangsangan itu terlalu  kecil,  untuk  itu
 diperlukan
 lingkungan
 yang
 seimbang  sesuai dengan kondisi siswa agar tidak  terlalu besar memberi rangsang, akan tetapi tidak terlalu kurang dari rangsangan. Lingkungan yang terlalu besar
memberi
 rangsangan
 dapat  mengakibatkan  siswa   menjadi
 tergantung, sehingga kurang membangkitkan kreativitas siswa dan siswa akan menjadi
kurang percaya pada diri sendiri.
Sedangkan lingkungan
yang terlalu kecil dan
kurang dari rangsangan menyebabkan anak kurang memiliki motivasi
belajar sehingga  menggunakan waktu luangnya untuk kegiatan-kegiatan diluar kegiatan
pembelajaran.
Dari beberapa pendapat tentang
pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam proses
kegiatan belajar mengajar yang menghasilkan perubahan perubahan dalam pengetahuan
baik dari  pemahaman nilai maupun sikap, sehingga
memperoleh ilmu pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan
kepercayaan pada perserta didik.
2. 2    Hakikat Model
Pembelajaran
      Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran, metode pembelajaran, atau prinsip pembelajaran. Istilah
model pembelajaran
mempunyai
 makna  yang  lebih  luas
 daripada
 suatu  strategi,  metode,  atau
prosedur.  Istilah  model  pembelajaran
 mempunyai
 empat  ciri  khusus  yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu: rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
tingkah laku mengajar diperlukan
agar model tersebut dapat dilaksanakan secara
berhasil, dan  lingkungan
 belajar yang diperlukan agar tujuan
pembelajaran itu dapat tercapai.
(LPMP, 2007:12)
      Menurut Joyce dan Weil dalam Soli Abimanyu dkk ( 2008 : 4) Model Pembelajaran
 adalah 
kerangka  konseptual 
yang  melukiskan  prosedur
 yang sistematis  dalam   mengorganisasikan  pengalaman
 belajar  untuk  mencapai
tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran  dan  para
 pengajar
 dalam
 merencanakan  dan  melaksanakan
aktivitas pembelajaran.
      Menurut  Sri
 Sulistyorini  (2007:  14)  model  pembelajaran
 merupakan rencana,   pola   atau 
 pengaturan 
 kegiatan   guru   dan 
 peserta   didik   yang menunjukkan   adanya   interaksi 
 antara   unsur-unsur   yang   terkait   dalam
pembelajaran.
Model pembelajaran sebagai suatu rencana
atau pola yang digunakan dalam  mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas  dalam
 setting  pengajaran.  Model  pembelajaran  merupakan
 kerangka
konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam pengorganisasian pengalaman  belajar
 untuk  mencapai
 tujuan  belajar  tertentu  dan  berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas
belajar.
            Dari pendapat di atas dapat di
simpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu strategi yang konseptual
yang mempunyai prosedur yang sistematis dalam pengalaman belajar untuk mencapai
suatu tujuan, berfungsi sebagai pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar serta, sebagai rencana atau pola yang digunakan dalam
mengatur materi pembelajaran.
2.3       Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan linkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku, sedangkan
belajar itu sendiri merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2002:2).
Hasil belajar merupakan sebagai tingkat keberhasilan
dalam mebelajari materi pembelajaran di sekolah dan dinyatakan dalam skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tersebut (Nawawi,
2001:78)
Hasil belajar
adalah hasil yang ditunjukkan oleh siswa berdasarkan kemampuan yang diperoleh
sesuai dengan tujuan instruksional (Winkel, 2004:55). Hasil belajar merupakan
hal yang sangat penting. Karena dengan hasil belajar dapat dilakukan evaluasi
terhadap proses belajar mengajar yang sudah berlangsung. Menurut Thoha
(2001:35), evaluasi hasil belajar dapat berfungsi dalam berbagai kepentingan,
diantaranya:
a)       
Siswa dapat mengetahui sejauh mana
keberhasilan mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru.
b)       
Guru dapat mengetahui siswa yang sudah
dan yang belum menguasai materi pelajaran.
c)       
Guru dapat mengetahui mengetahui
kelemahan-kelemahan dalam proses belajar mengajar sehingga guru dapat
memperbaikinya.
Benjamin S Bloom dalam Daryanto (1999) yang secara garis besar membagi hasil
belajar dalam 3 ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri 6 aspek yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri atas 5 aspek, yaitu
menerima, menjawab, menilai, organisasi, karakteristik dengan suatu nilai atau
komplek nilai. Ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan. Yang
termasuk dalam ranah psikomotorik diantaranya adalah gerak reflek, gerak
fundamental dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisik, gerakan keterampilan
komplek, dan gerakan ekspresi.
Banyak faktor
yang mempengaruhi hasil belajar siswa, secara garis besar dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa dapat di bedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a.      
Faktor
internal (faktor dari dalam diri siswa), yaitu keadaan jasmani dan rohani siswa
b.     
Faktor
eksternal (faktor dari luar diri siswa), yaitu keadaan lingkungan di luar siswa
c.      
Faktor
pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan
metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi
pelajaran (Muhibbin Syah 2003:132)
Faktor-faktor
di atas, dalam banyak hal sering berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.
Berdasarkan katiga faktor tersebut selengkapnya dapat diuraikan sebagai
berikut:
a.      
Faktor
internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari atau
berdasarkan dari seseorang individ, yang menyangkut seluruh pribadi baik fisik
maupun mental. Faktor ini juga merupakan daya pilih seseorang untuk menerima
dan mengelolah pengaruh-pengaruh dari luar.
b.     
Faktor
eksternal
Faktor eksternal adalah segala sesuatu baik kondisi
maupun situasi lingkungan, yang turut memberi pengaruh terhadap kesuksesan
seseorang dalam belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari
luar diri seseorang. Pada umunya faktor ini faktor ini terbagi tiga yaitu,
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
c.      
Faktor
pendekaran belajar
Faktor pendekatan, seperti yang telah diuraikan
sebelumnya, dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan
siswa untuk menunjang keefektifan dan efesiensi dalam proses pembelajaran materi
tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang
direkatasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan
belajar tertentu (Dimyati 2002:90)
Berdasarkan
pendapat tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar atau prestasi
belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar dan dapat
diketahui berdasarkan hasil evaluasi yang biasanya dilakukan melalui tes.
2.4     Hakikat Pembelajaran Quantum
Pembelajaran  Quantum bermakna interaksi-interaksi
yang mengubah energi menjadi cahaya karena semua energi adalah kehidupan dan
dalam proses pembelajarannya mengandung keberagaman dan interdeterminisme.
Dengan kata lain interaksi-interaksi yang dimaksud mengubah kemampuan dan bakat
alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi
orang lain.Dengan
 demikian Quantu  juga
disebut  Orkestrasi  bermacam-
macam
 interaksi
yang ada di dalam dan sekitar momen belajar. Semua
unsur yang menopang  kesuksesan
belajar harus di ramu menjadi
sebuah akumulasi  yang  benar-benar   menerapkan
 suasana  belajar.  Interaksi- interaksi      ini
mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa.  (DePorter
dkk, 2009 : 5).
Berbagai kecerdasan   majemuk
baik kecerdasan linguistik, matematis,
 logis,  spasial,
 kinetis,
 jasmani,  musikal,  interpesonal  dan
naturalis harus  bersinergi dalam meggerakkan belajar
siswa. Dan
Quantum juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan
perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum  berfokus pada hubungan dinamis dalam
lingkungan kelas- interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajr.
(DePorter, 2009 : 3 ).
Pembelajaran   Quantum   mengingatkan   guru 
 pada 
 pentingnya
memasuki   dunia  murid.  Guru  harus  membangun  jembatan
 autentik
memasuki kehidupan murid. Belajar dari definisinya adalah kegiatan full-contact. Dengan kata lain, belajar
 melibatkan
semua aspek kepribadian manusia
 di
 antaranya
 pikiran,  perasaan,  dan  bahasa  tubuh
 di
 samping pengetahuan, sikap, keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang.  Dengan  demikian,  karena
 belajar
 berurusan
 dengan
 orang
secara   keseluruhan,   hak   untuk 
 memudahkan 
 belajar 
 tersebut   harus diberikan oleh pelajar
atau diraih oleh guru. Hal ini akan
 memudahkan
guru  membangun
 jalinan,  menyelesaikan  bahan  pelajaran  lebih  cepat,
membuat hasil belajar
lebih melekat, menjadi dan memastikan terjadinya pengalihan pengetahuan.
Dalam pembelajaran Quantum
dikenal dengan pendekatan TANDUR, yakni:
T 
 | 
  
: 
 | 
  
Tumbuhkan 
Tumbuhkan minat dengan
  memuaskan “Apakah manfaatnya bagiku” (AMBAK) dan
  manfaatkan kehidupan
  siswa. 
 | 
 
A 
 | 
  
: 
 | 
  
Alami 
Ciptakan atau
   datangkan  pengalaman  umum
   yang
   dapat dimengerti semua
  siswa. 
 | 
 
N 
 | 
  
: 
 | 
  
Namai 
Sediakan kata kunci, konsep,
  modal, rumus strategi
  sebagai sebuah masukan. 
 | 
 
D 
 | 
  
: 
 | 
  
Demonstrasikan 
Sediakan 
   kesempatan 
   bagi 
   pelajar   untuk 
   menunjukkan bahwa mereka tahu. 
 | 
 
U 
 | 
  
: 
 | 
  
Ulangi 
Tunjukkan kepada
  siswa cara-cara mengulang materi dan 
menegaskan “Aku tahu bahwa aku memang
  tahu”. 
 | 
 
R 
 | 
  
: 
 | 
  
Rayan   
Bentuk reward yang harus senantiasa diberikan setiap siswa
  berhasil  dalam pembelajaran (Bobbi De Porter
  dan Mark Reardon, 2005: 10) 
 | 
 
d.
 Kerangka
perencanaan pembelajaran kuantum
dikenal dengan singkatan
TANDUR yaitu:
1.        Tumbuhkan
            Penyertaan
menciptakan jalinan dan kepemilikan bersama atau
kemampuan saling
memahami. Penyertaan akan     memanfaatkan pengalaman mereka, mencari
tanggapan Yes!” dan    mendapat
komitmen
untuk menjelajah. Tumbuhkan dilakukan dengan strategi menyertakan pernyataan pantomim,  lakon  pendek,
 drama,  video,  cerita  dll.
 Yang
 membuat
siswa tertarik melakukan
pembelajaran.
2.         Alami
            Unsur
 ini
 memberi
 pengalaman  kepada  siswa  dan  memanfaatkan hasrat alami
otak untuk menjelajah. Pengalaman membuat guru dapat mengajar “melalui pintu belakang”
untuk memanfaatkan pengetahuan dan keingintahuan siswa, menciptakan pengalaman   bisa 
 menggunakan   strategi 
 permainan, stimulasi, dan tugas kelompok.
3.         Namai
            Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan
identitas mengurutkan 
 dan mendefinisikan. Penamaan
 dan
 dibangun
 diatas
pengetahuan  dan   keingintahuan
 siswa  saat  itu.
 Penamaan  adalah saatnya  mengajarkan  konsep, 
 keterampilan,
berfikir, dan strategi
belajar dengan menggunakan peta konsep,  gambar, poster, jembatan
keledai.
1.         Demonstrasikan
            Demonstrasi akan memberi siswa peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan siswa ke dalam pemebelajaran yang lain dan ke dalam kehidupan
mereka.
2.         Ulangi
            Pengulangan memperkuat koneksi
saraf dan menumbuhkan rasa ingin
tahu.  Jadi  pengulangan
 harus
 dilakukan
 secara
 multimodalitas  dan multi-kecerdasan.
3.         Rayakan
            Perayaan memberi rasa rampung dan menghormati usaha, ketekunan, dan  kesuksesan siswa. Rayakan keberhasilan mereka dengan pujian,
tepuk  tangan,  acungkan  jempol,  bernyanyi  bersama.  Hal  ini  akan membuat
siswa lebih termotivasi dalam belajar.
2.5             
Langkah-Langkah dari Pembelajaran Quantum
- Pengkondisian awal
 
Tahap ini dimaksudkan untuk menyiapkan mental siswa
mengenai model pembelajaran Quantum yang menuntut keterlibatan aktif siswa.
Melalui pengkondisian awal akan memungkinkan dilaksanakannya proses
pembelajaran yang lebih baik. Kegiatan yang dilakukan dalam pengkondisian awal
meliputi: penumbuhan rasa percaya diri siswa, motivasi diri, menjalin hubungan,
dan ketrampilan belajar.
- Penyusunan rancangan pembelajaran
 
Tahap ini sama artinya dengan dengan tahap persiapan
dalam pembelajaran biasa. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah
penyiapan alat dan pendukung lainnya, penentuan kegiatan selama proses belajar
mengajar, dan penyusunan evaluasi.
- Pelaksanaan metode pembelajaran quantum
 
Tahap ini merupakan inti penerapan model pembelajaran Quantum. Kegiatan
dalam tahap ini meliputi T-A-N-D-U-R: (1) penumbuhan minat, (2) pemberian
pengalaman umum, (3) penamaan atau penyajian materi, (4) demonstrasi tentang
pemerolehan pengetahuan oleh siswa, (5) pengulangan yang dilakukan oleh siswa,
(6) perayaan atas usaha siswa.
- Evaluasi
 
Evaluasi dilaksanakan terhadap proses dan produk untuk
melihat keefektifan model pembelajaran yang digunakan. Langkah-langkah
pembelajaran metode pembelajaran ceramah bermakna dan dilaksanakan dengan
tahap- tahap:
1.     
Guru mengecek pengetahuan siswa tentang materi yang
akan diajarkan
2.     
Guru menerangkan dan menyampaikan materi pelajaran
di depan kelas dengan metode ceramah, di sini siswa mendengarkan apa yang
disampaikan guru dan mencatat hal-hal yang penting di buku tulis.
3.     
Guru memberikan contoh soal dan mengadakan tanya
jawab pada siswa tentang materi.
4.     
Guru memberikan latihan soal atau memberi pekerjaan
rumah.
5.     
Guru dan siswa secara bersama-sama membahas hasil
pekerjaan siswa dan mengambil kesimpulan.
6.     
Guru mengadakan evaluasi.
2.6       Kelebihan dan Kekurangan Model
Pembelajaran Quantum
- Kelebihan
 
a.      
Siswa lebih memahami materi karena suatu materi
dibahas 3 kali yaitu saat : “Namai”, “Demonstrasi”, “Ulangi” dan sebelumnya
telah mendapat pengalaman dari sintak “Alami”.
b.     
Mengajarkan siswa untuk lebih percaya diri dan
lebih aktif; memotivasi siswa untuk mengembangkan potensinya.
c.      
Setiap yang dimiliki siswa dihargai (pengalaman
yang didapat dalam kehidupan sehari-hari juga dapat digunakan dalam
pembelajaran).
- Kekurangan
 
a.      
Materi yang dapat disampaikan tidak terlalu banyak
dalam satu pertemuan, karena terbatas masalah waktu. Suatu materi diulas berulang-ulang
pada sintaks N, D, U.
b.     
Tidak semua materi dapat menggunakan model ini,
karena ada tahap “Alami” dan “Demonstrasi” memerlukan waktu yg lama.
c.      
Guru harus sekreativ mungkin mengembangkan model
ini karena sintaks pada model ini belum detail.
2.7     Pembelajaran IPA di SD
            Menurut Srini M. Iskandar (2001:2) IPA adalah ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA merupakan pengetahuan hasil kegiatan
manusia yang aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur,  sistematis,   berobjek, bermetode dan berlaku secara universal
(Suyoso, 1998: 23).
            Menurut Abdullah
(1998:18) IPA adalah pengetahuan
 khusus
yaitu dengan
melakukan observasi,            eksperimentasi, penyimpulan,
penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu
dengan cara yang lain.
            Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara         sistematis,
sehingga          IPA bukan       hanya
penguasaan kumpulan sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan 
 pengetahuan
 yang
 berupa  fakta-fakta,  kosenp-konsep,  atau prinsip-prinsip
saja,  tetapi
 juga merupakan suatu proses penemuan (Sri Sulistyorini, 2007: 39)
IPA dikatakan dapat terjadi dari dua
unsur, hasil IPA dan cara kerja
memperoleh hasil itu. Hasil produk IPA berupa fakta-fakta seperti hukum-hukum,
 prinsip-prinsip,  klasifikasi,
 struktur
 dan  lain  sebagainya.  Cara
kerja  memperoleh
 hasil  itu  disebut 
 proses  IPA.  Dalam
 proses
 IPA terkandung cara kerja,
sikap dan cara berfikir. Kemajuan IPA yang pesat disebabkan oleh proses ini. Dalam memecahkan suatu  masalah seorang
ilmuwan sering berusaha
mengambil suatu masalah yang memungkinkan usaha mencapai
hasil yang diharapkan. Sikap ini dikenal dengan  sikap ilmiah.
Dari pendapat di atas maka dapat
disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang
diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah
dan dididapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga
akan terus di sempurnakan.
2.8        Tema
Selalu berhemat Energi Sub Tema 2 Pemanfaatan Energi
            Pada
tema ini memiliki 3 pelajaran yaitu,  IPA,
PPKn, Bahasa Indonesia. Berikut ini merupakan penjabaran materi berdasarkan
buku guru dan siswa terbitan kementrian pendidikan dan kebudayaan. 
2.9                  
Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran ini memiliki
beberapa tujuan yang akan dicapai, yaitu :
a.       Kompetensi Inti
1.     
Menerimadanmenjalankanajaran agama yang
dianutnya.
2.     
Memilikiperilakujujur, disiplin,
tanggungjawab, santun, peduli, danpercayadiridalamberinteraksidengankeluarga,
temandan guru.
3.     
Memahamipengetahuanfaktualdengancaramengamati
[mendengar, melihat, membaca] danmenanyaberdasarkan rasa
ingintahutentangdirinya, makhlukciptaanTuhandankegiatannya, danbenda-benda yang
dijumpainya di rumah, sekolah.
4.     
Menyajikanpengetahuanfaktualdalambahasa
yang jelasdanlogisdansistematis, dalamkarya yang estetisdalamgerakan yang
mencerminkananaksehat, dandalamtindakan yang
mencerminkanperilakuanakberimandanberakhlakmulia.
b.      Kompetensi Dasar
IPA
-         
Membedakan berbagai bentuk energy
melalui pengamatan dan mendeskripsikan pemanfaatannya dalam kehidupan
sehari-hari.
-         
Menyajikan laporan tentang sumberdaya
alam dan pemanfaatannya oleh masyarakat.
PPKn
-         
Memahami hak dan kewajiban sebagai warga
dalam kehidupan sehari-hari di rumah, sekolah, dan masyarakat.
-         
Melaksanakan kewajiban sebagai warga di
lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.
Bahasa Indonesia
-         
Menggali informasi dari teks laporan
hasil pengamatan tentanggaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dengan
bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulisan dengan memilih
dan memilah kosa kata
baku.
c.       Indikator
IPA
-         
Mengidentifikasi
sumber dan perubahan energi dalam kegiatankegiatan yang ada dalam gambar.
-         
Menyajikan
laporan hasil percobaan yang berhubungan dengan energi panas.
PPKn
Melaksanakan perilaku sikap hemat energy.
Bahasa Indonesia
Menyajikan laporan hasil percobaan yang berhubungan dengan energi
panas dengan memperhatikan penulisan  dan penggunaan kosakata baku.
d.      Tujuan
1)     
Dengan
mengamati gambar, siswa mampu mengidentifikasi sumber dan perubahan bentuk
energi dengan benar.
2)     
Setelah
melakukan percobaan, siswa mampu mengenal energi panas dan perubahannya dengan
benar.
3)     
Setelah
melakukan percobaan, siswa mampu menyajikan laporan hasil percobaan yang
berhubungan dengan energi panas dengan benar.
4)      Dengan bercerita, siswa mampu menunjukkan
perilaku sikap aman dan berhemat dalam penggunaan energi dengan mandiri dan
benar.
e.       Materi 
Buku teks,
kertas, benang, dan lilin.
1)     
Kegiatan dan energi yang digunakan serta
perubahannya saat melakukan
kegiatan sehari-hari.
2)     
Percobaan tentang energi panas.
3)     
Membuat kalimat (laporan) agar mudah
dipahami oleh pembaca.
Cara aman menggunakan alat-alat listrik dengan aman.
1)     
Sikap
hemat energi.
IPA
Kita dapat menemukan energi di
sekitar kita. Energi sangat berguna untuk makhluk hidup saat melakukan kegiatan. Energi yaitu sesuatu yang dapat menyebabkan benda dapat melakukan
suatu pekerjaan atau energi merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan usaha.
Energi juga dapat dikatakan sesuatu usaha yang masih tersimpan.
Terdapat bermacam-macam energi disekitar kita, misalnya saat mengunakan
strika, energi berasal dari listrik dan menghasilkan panas dan pada kertas yang dibentuk spiral bergerak saat dipanaskan di atas
lilin, energi berasal dari panas
dan menhsilkan gerakan.
  
PPKn
Energi di bumi ini akan habis bila tidak dihemat
dan digunakan dengan baik. hematan
energi adalah tindakan
mengurangi jumlah penggunaan energi. Penghematan energi dapat dicapai dengan penggunaan
energi secaraefisien dimana manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan
energi lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan yang
menggunakan energi. Penghematan energi dapat menyebabkan berkurangnya biaya,
serta meningkatnya nilai lingkungan, keamanan
negara, keamanan pribadi, serta kenyamanan.
Sikap hemat energi dapat
ditunjukan dengan menggunkan listrik seperlunya, misalnya mematikan lampu saat
siang hari dan saat tidak dibutuhkan.

Bahasa
Indonesia
Dari setiap pengamatan yang dilakukan akan menghasilkan
berbagai hasil yang berfariasi, dari hasil pengamatan sumber energi dan energi
yang dihasilkan dapat ditulis dalam bentuk laporan dengan menggukan bahasa yang
dapat dengan mudah dimengerti dan dipahami si pembaca dengan menggukan
kata-kata yang baku serta penggunaan awalan dan akhiran yang tepat.

  
  | 
 

  
  | 
 
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1        Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan
ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena dalam penelitian ini menggunakan
data- data yang dapat di olah menggunakan metode statistik. Sugiyono (2013:34)
menyatakan bahwa “metode penelitian kuantitatif di gunakan apabila ingin
mengetahui pengaruh atau perlakuan /treadmen tertentu terhadap yang
lainnya”.jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian eksperimen dengan
menggunakan model pembelajaran quantum.pada kelas eksperimen siswa di ajarkan
pada pelajaran melalui model pembelajaran quantum.
3.2                  
Tempat dan Waktu penelitian
Tempat penelitian adalahtempat yang di gunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang
di inginkan.penelitian ini di lakukan di SD Negeri 32 Banda Aceh.
3.3        Populasi dan Sampel
Adapun subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI SD
Negeri 32 Banda Aceh
yang berjumlah 20 orang,
yang terdiri dari 10 orang perempuan dan 10  laki-laki.dan
kelas IV A sebagai kelas kontrol ,kelas IV B sebagai kelas eskperimen.                                                                               
3.4        Teknik  Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data adalah
teknik tes. Tes yang penulis lakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa
adalah tes tertulis yang berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal dengan jumlah
bobot masing-msaing 5.
3.6.      Teknik Analisis Data
Setelah semua kegiatan selesai dilaksanakan, maka langkah
selanjutnya dalam penelitian mi adalah melakukan analisis terhadap semua data
yang diperoleh
selama penelitian. Tujuan analisis data ini adalah untuk menjawab permasalahan
penelitian yang telah dirumuskan. Adapun Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik
deskriptif.
1.   
Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan rumus t, hitung
sebagaimana disarankan
oleh Sudjana, (2005:
227) yaitu sebagai
berikut:

Ket:
S  = simpangan baku gabungan
n1 = sampai pada 
n2 = sampai pada
Adapun hipotesis penelitian yaitu, sebagai berikut:
H2 = Terhadap perbedaan prestasi belajar siswa melalui model
pembelajaran quantum pada tema
H0 = tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa melalui
pembelajaran quantum pada tema
2.   Data aktivitas guru dan siswa.
Untuk
menganalisis pengamatan terhadap aktifitas guru dan siswa yang diamati selama
kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kuantum pada
konsep wujud benda digunakan statistik deskriptif dengan persentase (%) yakni banyaknya
frekuensi tiap aktivitas dibagi dengan seluruh aktivitas dan dikalikan dengan
100. 
3.6        Indikator Keberhasilan
Tolak ukur keberhasilan
tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga
memudahkan verifikasinya untuk tindakan perbaikan  yang bertujuan mengurangi kesalahan
konsep siswa misalnya perlu ditetapkan kriteria keberhasilan yang diduga
sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud. Indikator
keberhasilan dari penelitian ini adalah: 75% dari jumlah siswa telah lulus KKM
materi wujut benda yaitu
75 dengan nilai rata-rata kelas 75.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Aly
dan Eny Rahma. 1998. Ilmu
Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. BNSP.
2006. Standar Isi Kelas IV. Jakarta:
Badan Standar Pendidikan
Nasional. Catharina Trianni.
2004. Psikologi Belajar.
Jakarta : Dikti.
Damyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
De Porter,
 Bobbi
 dan
 Mike
 Henarchi.  2003.  Quantum  Learning.  Terjemahan Aliyah Abdurrahman Cetakan
ke-18, Bandung: Kaifa.
De Porter,
Bobbi dan Mark Readon. 2005. Quantum Teaching. Terjemahan Ary Nilandari Cetakan ke- 18,
Bandung: Kaifa.
Depdiknas. 2002. KBK, Kurikulum dan Hasil Belajar, Kompetensi
Dasar Mapel
Sains SD dan MI.
Jakarta: Pusat Kurikulum
Balitbang Depdiknas. Kasihani 
M. Djauhar Siddiq, Sungkono, Isniatun
Munawaroh. 2008. Pengembangan Bahan
Pembelajaran 
SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan.
Miles dan  Huberman.
 2007.
 Analisis
 Data
 Kuantitatif:  Buku  Sumber  Tentang Metode-Metode  Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta:
UI Press.
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Rosda Karya.
Nana
 Sudjana.
 2002.
 Penilaian  Hasil  Proses  Belajar  Mengajar.  Bandung: Rasdakarya.
Nawawi. 2001. Psikologi
PendidikanI. Bandung: Tarsito.
Oemar
Hamalik.
2005. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Ranti.
 2007. 
 Penilaian   Hasil 
 Belajar. 
 (http://one.indoskripsi.com)   diunduh tanggal 8 Februari
2009.
Slameto. 2002. Belajar
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Soli  Abimanyu.  2008.  Strategi  Pembelajaran.
 Jakarta:
 Direktorat
 Jenderal
Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional. Srini M. 
Iskandar.
2001. Pendidikan IPA. Bandung: Maulana.
Sri Sulistyorini.  2007.  Pembelajaran  IPA  Sekolah
 Dasar.  Yogyakarta:  Tiara
Karya.
Suharsimi  Arikunto.
 2005.
 Dasar-Dasar
 Evaluasi
 Pendidikan.  Jakarta:  Bumi
Aksara.

0 Response to "Penerapan Model Pembelajaran Quantum Terhadap Hasil Belajar Siswa"
Post a Comment