Penerapan Model Pembelajaran Quantum Terhadap Hasil Belajar Siswa

Penerapan Model Pembelajaran Quantum Terhadap Hasil Belajar Siswa
Pada Tema Selalu berhemat Energi Sub Tema 2 Pemanfaatan Energi
Kelas IV SD 32 Negeri Banda Aceh

1.      PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang Masalah
Di  dalam kegiatan belajar-mengajar berlangsung suatu proses pembelajaran  dan  evaluasi. Untuk  mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas diharapkan kedua proses tersebut hendaknya dikelola dan dilaksanakan dengan baik dan berarti. Suatu proses pengajaran dikatakan berhasil bila terjadi strukturisasi situasi perubahan tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku siswa pada saat proses  pembelajaran digunakan sebagai salah satu indikasi terselenggaranya proses pembelajaran dengan baik.
            Tujuan setiap proses pembelajaran adalah diperolehnya hasil yang optimal. Hal ini akan dicapai apabila semua terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun emosional. Suatu tujuan  pembelajaran menyatakan suatu hasil yang diharapkan dari  pembelajaran  itu  dan  bukan  sekedar  suatu  proses  dari  pembelajaran  itu sendiri.
            Tujuan pembelajaran  bidang  pendidikan  sebagaimana  tercantum  dalam SISDIKNAS  2003 yang menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah terwujudnya masyarakat Indonesia  yang damai, demokratis, berakhlak, berkeahlian, berdaya saing,  maju dan sejahtera dalam wadah negara Republik Indonesia yang didukung oleh manusia  Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah   air, berdasarkan hukum dan lingkungannya, menguasai ilmu  pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta disiplin (BSPN, 2006:5).
Tuntutan  manusia  yang  berkualitas  hanya  dapat  dipenuhi  oleh  dunia pendidikan.  Upaya pemenuhan tersebut merupakan suatu proses yang panjang yang dimulai sejak anak belajar di SD. Salah satu unsur yang turut menentukan kualitas Sumber Daya Manusia yaitu penguasaan IPA.
Salah  satu  mata  pelajaran  yang  ada  di  SD  yang  perlu  ditingkatkan kualitasnya  adalah  IPA  dan  SD  merupakan  tempat  pertama  siswa  mengenal konsep-konsep dasar IPA, karena itu pengetahuan yang diterima siswa hendaknya menjadi dasar yang dapat dikembangkan di tingkat sekolah yang lebih tinggi di samping mempunyai kegiatan praktis yang dapat  diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada  pembelajaran  IPA  sangat  berkaitan  dengan  dunia  nyata  dalam kehidupan  sehari-hari. Guru dapat membuka berbagai pikiran dari siswa yang bervariasi sehingga siswa dapat mempelajari   konsep-konsep dalam penggunaannya pada aspek yang terkandung dalam mata pelajaran IPA untuk memecahkan  suatu  masalah  atau  persoalan  serta  mendorong  siswa  membuat hubungan antara materi IPA dan penerapannya yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari.
IPA merupakan  konsep  pembelajaran  alam  dan  mempunyai  hubungan yang sangat  luas terkait dengan kehidupana manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi, karena IPA memiliki  upaya  untuk  membangkitkan  minat  siswa  serta  kemampuan  dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga fakta       penemuannya  dapat   dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Patta Bundu (2006: 10) juga mengemukakan pendapatnya bahwa sains adalah bangunan  atau deretan konsep dan skema konseptual (conseptual schemes) yang saling berhubungan sebagai hasil eksperimentasi dan observasi.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas IV SD Negeri 32 banda aceh data hasil ulangan pada Pada Tema Selalu berhemat Energi Sub Tema 2 Pemanfaatan Energi,  prestasi  belajar  siswa  masih  rendah. Persentasi siswa  tuntas  hanya  43,33%  persen  dari  22 siswa  dan  untuk  siswa seluruhnya diperlukan remedial.
Rendahnya hasil belajar IPA siswa dibanding mata pelajaran lain karena hingga  kini  proses  pembelajaran  masih  menggunakan  paradigma  absolutisme yaitu proses dimulai dari  merancang kegiatan pembelajaran, mengajar, belajar, dan melakukan evaluasi yang mengalir secara linier. Guru lebih banyak berfungsi sebagai  instruktur yang sangat aktif dan siswa sebagai penerima pengetahuan yang pasif. Siswa yang  belajar tinggal datang ke sekolah duduk mendengarkan, mencatat, dan mengulang kembali di  rumah serta menghafal untuk menghadapi ulangan. Pembelajaran seperti ini membuat siswa pasif karena siswa berada pada rutinitas yang  membosankan  sehingga  pembelajaran kurang menarik. Pada umumnya pembelajaran lebih banyak memaparkan fakta, pengetahuan, hukum, kemudian  biasa  dihafalkan bukan berlatih  berpikir  memecahkan masalah dan mengaitkannya dengan pengalaman empiris  dalam  kehidupan  nyata  sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna.
Untuk menggali potensi anak agar selalu kreatif dan berkembang perlu diterapkan pembelajaran bermakna yang akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang  mengesankan.  Pengalaman yang diperoleh siswa makin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperoleh merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya  sendiri  yaitu  proses  yang  melibatkan  siswa  sepenuhnya  untuk merumuskan suatu konsep. Untuk itu sudah menjadi tugas guru dalam mengelola proses belajar-mengajar adalah memilih model pembelajaran yang  sesuai,  agar pembelajaran lebih menarik dan bermakna. Hal ini disebabkan adanya tuntutan pada  dunia  pendidikan  bahwa  proses  pembelajaran  tidak  lagi  hanya  sekedar menstransfer  pengetahuan dari guru ke siswa. Guru harus mengubah paradigma tersebut dengan kegiatan pembelajaran yang  aktif,    kreatif, efektif dan menyenangkan.
Terkait belum optimalnya hasil belajar siswa kelas IV SD 32 Banda Aceh, maka penulis berupaya menerapkan model pembelajaran Quantum sebagai salah satu alternative pembelajaran yang bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Berdasarkan  kondisi  tersebut  maka  peneliti  tergerak  untuk  melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Quantum Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Tema Selalu berhemat Energi Sub Tema 2 Pemanfaatan Energi kelas IV sd negeri 32 banda Aceh’’.

1.2       Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas vI Sd negeri 32 Banda Aceh pada konsep Tema Selalu berhemat Energi Sub Tema 2 Pemanfaatan Energi dengan menerapkan model pembelajaran Quantum?

1.3  Tujuan Penelitian
Adapun yang menjdi tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran quantum pada konsep  Tema Selalu berhemat Energi Sub Tema 2 Pemanfaatan Energi di kelas IV sd negeri 32 banda aceh.

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini  diharapkan  dapat  memberi  manfaat  baik  bersifat  praktis maupun teoretis.
1.  Manfaat Teoretis
            Hasil penelitian  ini  diharapkan  dapat  bermanfaat  sebagai  bahan  masukan untuk kegiatan-kegiatan penelitian         selanjutnya yang berkaitan dengan .
Tema Selalu berhemat Energi Sub Tema 2 Pemanfaatan Energi.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
sebagai salah satu metode untuk membantu siswa dalam memahami pelajaran yang membahas konsep-konsep yang bersifat abstrak.
b. Bagi guru
1.      Memberikan masukan dan pertimbangan untuk menerapkan model pembelajaran  Quantum.
2.      Memberikan informasi untuk lebih lanjut menekankan keaktifan siswa dalam belajar  mengajar.
3.      Sebagai pertimbangan dan pemasukan serta menumbuhkan motivasi untuk  melakukan   pembelajaran kontekstual yang teruji secara eksperimen.
c. Sekolah
Memberikan informasi bahwa teknik pembelajaran Quantum merupakan variasi pembelajaran yang menyenangkan, yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat meningkatkan mutu pendidikan di SD Negeri 32  Banda Aceh.

1.5       Hipotesis Tindakan
             Hipotesis adalah pernyataan yang merupakan dugaan atau terkaan tentang apa saja yang di amati dalam usaha untuk memahaminya (Arikunto, Suharsimi, dkk.20007:17). Hipotesis juga merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya. Adapun yang menjadi hipotesis di dalam penelitian ini adalah: Hasil belajar siswa pada materi wujud benda  pada siswa kelas 1V SD Negeri 32 Banda Aceh dapat meningkat dengan menggunakan model pembelajaran Quantum.


1.6       Sistematika  Penulisan Laporan Penelitian
BAB I                         Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah,          tujuan penelitian, hipotesis tindakan, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II           Kajian Pustaka pada bab ini membahas mengenai prestasi hasil belajar, ilmu pengetauan alam, fungsi dan tujuan, Pada Tema Selalu berhemat Energi Sub Tema 2 Pemanfaatan Energi,
                         membahas tentang suatu kegiatan pekerjaan siswa pada sekolah dasar.
BAB III          Metodologi penelitian  meliputi pendekatan dan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data,dan teknik analisis data.



9
 


2.          KAJIAN PUSTAKA
2.1       Hakikat Pembelajaran
            Menurut M. Djauhar Sidiq dkk ( 2008 : 8) Pembelajaran adalah suatu upaya  yang dilakukan oleh guru untuk membelajarkan siswa yang belajar. Sudjana (2004:28) “Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan.
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik (2005: 57). Dari  pendapat   tersebut   dapa dijelaskan   bahwa   pembelajaran   merupakan serangkaian  kegiatan  yang  dilaksanakan  oleh  siswa  dan  guru  dengan berbaga fasilitas   dan   materi   untuk   mencapai   tujuan   yang   sudah ditetapkan.
Pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan  bantuan  yang  diberikan  pendidik  agar  dapat  terjadi  proses pemerolehan  ilmu  dan  pengetahuan,  penguasaan  kemahiran  dan  tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Dalam pembelajaran diperlukan proses mengatur lingkungan agar terjadi interaksi siswa dan lingkungannya. Pada suatu saat siswa menerima rangsangan dari lingkungan luas sementara pada saat lain rangsangan itu terlalu  kecil,  untuk  itu  diperlukan  lingkungan  yang  seimbang  sesuai dengan kondisi siswa agar tidak  terlalu besar memberi rangsang, akan tetapi tidak terlalu kurang dari rangsangan. Lingkungan yang terlalu besar memberi  rangsangan  dapat  mengakibatkan  sisw menjadi  tergantung, sehingga kurang membangkitkan kreativitas siswa dan siswa akan menjadi kurang percaya pada diri sendiri. Sedangkan lingkungan yang terlalu kecil dan kurang dari rangsangan menyebabkan anak kurang memiliki motivasi belajar sehingga  menggunakan waktu luangnya untuk kegiatan-kegiatan diluar kegiatan pembelajaran.
Dari beberapa pendapat tentang pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam proses kegiatan belajar mengajar yang menghasilkan perubahan perubahan dalam pengetahuan baik dari  pemahaman nilai maupun sikap, sehingga memperoleh ilmu pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan kepercayaan pada perserta didik.

2. 2    Hakikat Model Pembelajaran
      Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran, metode pembelajaran, atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai  makna  yang  lebih  luas  daripada  suatu  strategi,  metode,  atau prosedur.  Istilah  model  pembelajaran  mempunyai  empat  ciri  khusus  yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu: rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan  lingkungan  belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. (LPMP, 2007:12)
      Menurut Joyce dan Weil dalam Soli Abimanyu dkk ( 2008 : 4) Model Pembelajaran  adalah  kerangka  konseptual  yang  melukiskan  prosedur  yang sistematis  dalam   mengorganisasikan  pengalaman  belajar  untuk  mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran  dan  para  pengajar  dalam  merencanakan  dan  melaksanakan aktivitas pembelajaran.
      Menurut  Sri  Sulistyorini  (2007:  14)  model  pembelajaran  merupakan rencana,   pola   atau   pengaturan   kegiatan   guru   dan   peserta   didik   yang menunjukka adanya   interaksi   antara   unsur-unsur   yan terkai dalam pembelajaran.
Model pembelajaran sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam  mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas  dalam  setting  pengajaran.  Model  pembelajaran  merupakan  kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam pengorganisasian pengalaman  belajar  untuk  mencapai  tujuan  belajar  tertentu  dan  berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar.
            Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu strategi yang konseptual yang mempunyai prosedur yang sistematis dalam pengalaman belajar untuk mencapai suatu tujuan, berfungsi sebagai pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar serta, sebagai rencana atau pola yang digunakan dalam mengatur materi pembelajaran.

2.3       Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan linkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku, sedangkan belajar itu sendiri merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2002:2).
Hasil belajar merupakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mebelajari materi pembelajaran di sekolah dan dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tersebut (Nawawi, 2001:78)
Hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan oleh siswa berdasarkan kemampuan yang diperoleh sesuai dengan tujuan instruksional (Winkel, 2004:55). Hasil belajar merupakan hal yang sangat penting. Karena dengan hasil belajar dapat dilakukan evaluasi terhadap proses belajar mengajar yang sudah berlangsung. Menurut Thoha (2001:35), evaluasi hasil belajar dapat berfungsi dalam berbagai kepentingan, diantaranya:
a)        Siswa dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru.
b)        Guru dapat mengetahui siswa yang sudah dan yang belum menguasai materi pelajaran.
c)        Guru dapat mengetahui mengetahui kelemahan-kelemahan dalam proses belajar mengajar sehingga guru dapat memperbaikinya.
Benjamin S Bloom dalam Daryanto (1999) yang secara garis besar membagi hasil belajar dalam 3 ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri 6 aspek yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri atas 5 aspek, yaitu menerima, menjawab, menilai, organisasi, karakteristik dengan suatu nilai atau komplek nilai. Ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan. Yang termasuk dalam ranah psikomotorik diantaranya adalah gerak reflek, gerak fundamental dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisik, gerakan keterampilan komplek, dan gerakan ekspresi.
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, secara garis besar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat di bedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a.       Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yaitu keadaan jasmani dan rohani siswa
b.      Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), yaitu keadaan lingkungan di luar siswa
c.       Faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran (Muhibbin Syah 2003:132)
Faktor-faktor di atas, dalam banyak hal sering berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Berdasarkan katiga faktor tersebut selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut:
a.       Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari atau berdasarkan dari seseorang individ, yang menyangkut seluruh pribadi baik fisik maupun mental. Faktor ini juga merupakan daya pilih seseorang untuk menerima dan mengelolah pengaruh-pengaruh dari luar.
b.      Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah segala sesuatu baik kondisi maupun situasi lingkungan, yang turut memberi pengaruh terhadap kesuksesan seseorang dalam belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar diri seseorang. Pada umunya faktor ini faktor ini terbagi tiga yaitu, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
c.       Faktor pendekaran belajar
Faktor pendekatan, seperti yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efesiensi dalam proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkatasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu (Dimyati 2002:90)
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar atau prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar dan dapat diketahui berdasarkan hasil evaluasi yang biasanya dilakukan melalui tes.

2.4     Hakikat Pembelajaran Quantum
Pembelajaran  Quantum bermakna interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya karena semua energi adalah kehidupan dan dalam proses pembelajarannya mengandung keberagaman dan interdeterminisme. Dengan kata lain interaksi-interaksi yang dimaksud mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.Dengan  demikian Quantu  juga disebut  Orkestrasi  bermacam- macam  interaksi yang ada di dalam dan sekitar momen belajar. Semua unsur yang menopang  kesuksesan belajar harus di ramu menjadi sebuah akumulasi  yang  benar-benar   menerapkan  suasana  belajar.  Interaksi- interaksi      ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa.  (DePorter dkk, 2009 : 5).
Berbagai kecerdasan   majemuk baik kecerdasan linguistik, matematis,  logis,  spasial,  kinetis,  jasmani,  musikal,  interpesonal  dan naturalis harus  bersinergi dalam meggerakkan belajar siswa. Dan Quantum juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum  berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas- interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajr. (DePorter, 2009 : 3 ).
Pembelajaran   Quantum   mengingatkan   guru   pada   pentingnya memasuki   dunia  murid.  Guru  harus  membangun  jembatan  autentik memasuki kehidupan murid. Belajar dari definisinya adalah kegiatan full-contact. Dengan kata lain, belajar  melibatkan semua aspek kepribadian manusia  di  antaranya  pikiran,  perasaan,  dan  bahasa  tubuh  di  samping pengetahuan, sikap, keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang.  Dengan  demikian,  karena  belajar  berurusan  dengan  orang secara   keseluruhan hak   untuk   memudahkan   belajar   tersebut   harus diberikan oleh pelajar atau diraih oleh guru. Hal ini akan  memudahkan guru  membangun  jalinan,  menyelesaikan  bahan  pelajaran  lebih  cepat, membuat hasil belajar lebih melekat, menjadi dan memastikan terjadinya pengalihan pengetahuan.
Dalam pembelajaran Quantum dikenal dengan pendekatan TANDUR, yakni:

T
:
Tumbuhkan
Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah manfaatnya bagiku” (AMBAK) dan manfaatkan kehidupan siswa.
A
:
Alami
Ciptakan atau  datangkan  pengalaman  umum  yang  dapat dimengerti semua siswa.
N
:
Namai
Sediakan kata kunci, konsep, modal, rumus strategi sebagai sebuah masukan.
D
:
Demonstrasikan
Sediaka kesempatan   bagi   pelajar   untuk   menunjukkan bahwa mereka tahu.
U
:
Ulangi
Tunjukkan kepada siswa cara-cara mengulang materi dan
menegaskan “Aku tahu bahwa aku memang tahu.
R
:
Raya
Bentuk reward yang harus senantiasa diberikan setiap siswa berhasil  dalam pembelajaran (Bobbi De Porter dan Mark Reardon, 2005: 10)

d.  Kerangka perencanaan pembelajaran kuantum dikenal dengan singkatan

TANDUR yaitu:

1.       Tumbuhkan
            Penyertaan menciptakan jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami. Penyertaan akan     memanfaatkan pengalaman mereka, mencari tanggapan Yes!” dan    mendapat komitmen untuk menjelajah. Tumbuhkan dilakukan dengan strategi menyertakan pernyataan pantomim,  lakon  pendek,  drama,  video,  cerita  dll.  Yang  membuat siswa tertarik melakukan pembelajaran.

2.         Alami
            Unsur  ini  memberi  pengalaman  kepada  siswa  dan  memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Pengalaman membuat guru dapat mengajar melalui pintu belakang” untuk memanfaatkan pengetahuan dan keingintahuan siswa, menciptakan pengalaman   bisa   menggunakan   strategi   permainan, stimulasi, dan tugas kelompok.

3.        Namai
            Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas mengurutkan   dan mendefinisikan. Penamaan  dan  dibangun  diatas pengetahuan  dan   keingintahuan  siswa  saat  itu.  Penamaan  adalah saatnya  mengajarkan  konsep,   keterampilan, berfikir, dan strategi belajar dengan menggunakan peta konsep,  gambar, poster, jembatan keledai.

1.         Demonstrasikan
            Demonstrasi akan memberi siswa peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan siswa ke dalam pemebelajaran yang lain dan ke dalam kehidupan mereka.

2.         Ulangi
            Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa ingin tahu.  Jadi  pengulangan  harus  dilakukan  secara  multimodalitas  dan multi-kecerdasan.

3.         Rayakan
            Perayaan memberi rasa rampung dan menghormati usaha, ketekunan, dan  kesuksesan siswa. Rayakan keberhasilan mereka dengan pujian, tepuk  tangan,  acungkan  jempol,  bernyanyi  bersama.  Hal  ini  akan membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar.




2.5              Langkah-Langkah dari Pembelajaran Quantum
  1. Pengkondisian awal
Tahap ini dimaksudkan untuk menyiapkan mental siswa mengenai model pembelajaran Quantum yang menuntut keterlibatan aktif siswa. Melalui pengkondisian awal akan memungkinkan dilaksanakannya proses pembelajaran yang lebih baik. Kegiatan yang dilakukan dalam pengkondisian awal meliputi: penumbuhan rasa percaya diri siswa, motivasi diri, menjalin hubungan, dan ketrampilan belajar.

  1. Penyusunan rancangan pembelajaran
Tahap ini sama artinya dengan dengan tahap persiapan dalam pembelajaran biasa. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah penyiapan alat dan pendukung lainnya, penentuan kegiatan selama proses belajar mengajar, dan penyusunan evaluasi.


  1. Pelaksanaan metode pembelajaran quantum
Tahap ini merupakan inti penerapan model pembelajaran Quantum. Kegiatan dalam tahap ini meliputi T-A-N-D-U-R: (1) penumbuhan minat, (2) pemberian pengalaman umum, (3) penamaan atau penyajian materi, (4) demonstrasi tentang pemerolehan pengetahuan oleh siswa, (5) pengulangan yang dilakukan oleh siswa, (6) perayaan atas usaha siswa.

  1. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan terhadap proses dan produk untuk melihat keefektifan model pembelajaran yang digunakan. Langkah-langkah pembelajaran metode pembelajaran ceramah bermakna dan dilaksanakan dengan tahap- tahap:
1.      Guru mengecek pengetahuan siswa tentang materi yang akan diajarkan
2.      Guru menerangkan dan menyampaikan materi pelajaran di depan kelas dengan metode ceramah, di sini siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru dan mencatat hal-hal yang penting di buku tulis.
3.      Guru memberikan contoh soal dan mengadakan tanya jawab pada siswa tentang materi.
4.      Guru memberikan latihan soal atau memberi pekerjaan rumah.
5.      Guru dan siswa secara bersama-sama membahas hasil pekerjaan siswa dan mengambil kesimpulan.
6.      Guru mengadakan evaluasi.

2.6       Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Quantum
  1. Kelebihan
a.       Siswa lebih memahami materi karena suatu materi dibahas 3 kali yaitu saat : “Namai”, “Demonstrasi”, “Ulangi” dan sebelumnya telah mendapat pengalaman dari sintak “Alami”.
b.      Mengajarkan siswa untuk lebih percaya diri dan lebih aktif; memotivasi siswa untuk mengembangkan potensinya.
c.       Setiap yang dimiliki siswa dihargai (pengalaman yang didapat dalam kehidupan sehari-hari juga dapat digunakan dalam pembelajaran).

  1. Kekurangan
a.       Materi yang dapat disampaikan tidak terlalu banyak dalam satu pertemuan, karena terbatas masalah waktu. Suatu materi diulas berulang-ulang pada sintaks N, D, U.
b.      Tidak semua materi dapat menggunakan model ini, karena ada tahap “Alami” dan “Demonstrasi” memerlukan waktu yg lama.
c.       Guru harus sekreativ mungkin mengembangkan model ini karena sintaks pada model ini belum detail.

2.7     Pembelajaran IPA di SD
            Menurut Srini M. Iskandar (2001:2) IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur,  sistematis,   berobjek, bermetode dan berlaku secara universal (Suyoso, 1998: 23).
            Menurut Abdullah (1998:18) IPA adalah pengetahuan  khusus yaitu dengan melakukan observasi,            eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.
            Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara         sistematis, sehingga          IPA bukan       hanya penguasaan kumpulan sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan   pengetahuan  yang  berupa  fakta-fakta,  kosenp-konsep,  atau prinsip-prinsip saja,  tetapi  juga merupakan suatu proses penemuan (Sri Sulistyorini, 2007: 39)
IPA dikatakan dapat terjadi dari dua unsur, hasil IPA dan cara kerja memperoleh hasil itu. Hasil produk IPA berupa fakta-fakta seperti hukum-hukum,  prinsip-prinsip,  klasifikasi,  struktur  dan  lain  sebagainya.  Cara kerja  memperoleh  hasil  itu  disebut   proses  IPA.  Dalam  proses  IPA terkandung cara kerja, sikap dan cara berfikir. Kemajuan IPA yang pesat disebabkan oleh proses ini. Dalam memecahkan suatu  masalah seorang ilmuwan sering berusaha mengambil suatu masalah yang memungkinkan usaha mencapai hasil yang diharapkan. Sikap ini dikenal dengan  sikap ilmiah.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan dididapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di sempurnakan.

2.8        Tema Selalu berhemat Energi Sub Tema 2 Pemanfaatan Energi
            Pada tema ini memiliki 3 pelajaran yaitu,  IPA, PPKn, Bahasa Indonesia. Berikut ini merupakan penjabaran materi berdasarkan buku guru dan siswa terbitan kementrian pendidikan dan kebudayaan.
2.9                   Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran ini memiliki beberapa tujuan yang akan dicapai, yaitu :
a.       Kompetensi Inti
1.      Menerimadanmenjalankanajaran agama yang dianutnya.
2.      Memilikiperilakujujur, disiplin, tanggungjawab, santun, peduli, danpercayadiridalamberinteraksidengankeluarga, temandan guru.
3.      Memahamipengetahuanfaktualdengancaramengamati [mendengar, melihat, membaca] danmenanyaberdasarkan rasa ingintahutentangdirinya, makhlukciptaanTuhandankegiatannya, danbenda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
4.      Menyajikanpengetahuanfaktualdalambahasa yang jelasdanlogisdansistematis, dalamkarya yang estetisdalamgerakan yang mencerminkananaksehat, dandalamtindakan yang mencerminkanperilakuanakberimandanberakhlakmulia.

b.      Kompetensi Dasar
IPA
-          Membedakan berbagai bentuk energy melalui pengamatan dan mendeskripsikan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.
-          Menyajikan laporan tentang sumberdaya alam dan pemanfaatannya oleh masyarakat.

PPKn
-          Memahami hak dan kewajiban sebagai warga dalam kehidupan sehari-hari di rumah, sekolah, dan masyarakat.
-          Melaksanakan kewajiban sebagai warga di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.

Bahasa Indonesia
-          Menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentanggaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulisan dengan memilih dan memilah kosa kata baku.
c.       Indikator
IPA
-          Mengidentifikasi sumber dan perubahan energi dalam kegiatankegiatan yang ada dalam gambar.
-          Menyajikan laporan hasil percobaan yang berhubungan dengan energi panas.

PPKn
Melaksanakan perilaku sikap hemat energy.

Bahasa Indonesia
Menyajikan laporan hasil percobaan yang berhubungan dengan energi panas dengan memperhatikan penulisan  dan penggunaan kosakata baku.

d.      Tujuan
1)      Dengan mengamati gambar, siswa mampu mengidentifikasi sumber dan perubahan bentuk energi dengan benar.
2)      Setelah melakukan percobaan, siswa mampu mengenal energi panas dan perubahannya dengan benar.
3)      Setelah melakukan percobaan, siswa mampu menyajikan laporan hasil percobaan yang berhubungan dengan energi panas dengan benar.
4)      Dengan bercerita, siswa mampu menunjukkan perilaku sikap aman dan berhemat dalam penggunaan energi dengan mandiri dan benar.
e.       Materi
Buku teks, kertas, benang, dan lilin.
1)      Kegiatan dan energi yang digunakan serta perubahannya saat melakukan kegiatan sehari-hari.
2)      Percobaan tentang energi panas.
3)      Membuat kalimat (laporan) agar mudah dipahami oleh pembaca.
Cara aman menggunakan alat-alat listrik dengan aman.
1)      Sikap hemat energi.

IPA
Kita dapat menemukan energi di sekitar kita. Energi sangat berguna untuk makhluk hidup saat melakukan kegiatan. Energi yaitu sesuatu yang dapat menyebabkan benda dapat melakukan suatu pekerjaan atau energi merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan usaha. Energi juga dapat dikatakan sesuatu usaha yang masih tersimpan.
Terdapat bermacam-macam energi disekitar kita, misalnya saat mengunakan strika, energi berasal dari listrik dan menghasilkan panas dan pada kertas yang dibentuk spiral bergerak saat dipanaskan di atas lilin, energi berasal dari panas dan menhsilkan gerakan.

 


PPKn
Energi di bumi ini akan habis bila tidak dihemat dan digunakan dengan baik. hematan energi adalah tindakan mengurangi jumlah penggunaan energi. Penghematan energi dapat dicapai dengan penggunaan energi secaraefisien dimana manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan energi lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan yang menggunakan energi. Penghematan energi dapat menyebabkan berkurangnya biaya, serta meningkatnya nilai lingkungan, keamanan negara, keamanan pribadi, serta kenyamanan.
Sikap hemat energi dapat ditunjukan dengan menggunkan listrik seperlunya, misalnya mematikan lampu saat siang hari dan saat tidak dibutuhkan.


Bahasa Indonesia
Dari setiap pengamatan yang dilakukan akan menghasilkan berbagai hasil yang berfariasi, dari hasil pengamatan sumber energi dan energi yang dihasilkan dapat ditulis dalam bentuk laporan dengan menggukan bahasa yang dapat dengan mudah dimengerti dan dipahami si pembaca dengan menggukan kata-kata yang baku serta penggunaan awalan dan akhiran yang tepat.





9
 



46
 
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


3.1        Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena dalam penelitian ini menggunakan data- data yang dapat di olah menggunakan metode statistik. Sugiyono (2013:34) menyatakan bahwa “metode penelitian kuantitatif di gunakan apabila ingin mengetahui pengaruh atau perlakuan /treadmen tertentu terhadap yang lainnya”.jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran quantum.pada kelas eksperimen siswa di ajarkan pada pelajaran melalui model pembelajaran quantum.

3.2                   Tempat dan Waktu penelitian
Tempat penelitian adalahtempat yang di gunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang di inginkan.penelitian ini di lakukan di SD Negeri 32 Banda Aceh.

3.3       Populasi dan Sampel
Adapun subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI SD Negeri 32 Banda Aceh yang berjumlah 20 orang, yang terdiri dari 10 orang perempuan dan 10  laki-laki.dan kelas IV A sebagai kelas kontrol ,kelas IV B sebagai kelas eskperimen.                                                                               

3.4       Teknik  Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data adalah teknik tes. Tes yang penulis lakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa adalah tes tertulis yang berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal dengan jumlah bobot masing-msaing 5.
3.6.      Teknik Analisis Data
Setelah semua kegiatan selesai dilaksanakan, maka langkah selanjutnya dalam penelitian mi adalah melakukan analisis terhadap semua data yang diperoleh selama penelitian. Tujuan analisis data ini adalah untuk menjawab permasalahan penelitian yang telah dirumuskan. Adapun Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif.
1.    Data yang diperoleh dianalisa menggunakan rumus t, hitung sebagaimana disarankan oleh Sudjana, (2005: 227) yaitu sebagai berikut:
Ket:
  = Nilai rata-rata siswa pada
  = Nilai rata-rata siswa pada
S  = simpangan baku gabungan
n1 = sampai pada
n2 = sampai pada
Adapun hipotesis penelitian yaitu, sebagai berikut:
H2 = Terhadap perbedaan prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran quantum pada tema
H0 = tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran quantum pada tema
2.   Data aktivitas guru dan siswa.
Untuk menganalisis pengamatan terhadap aktifitas guru dan siswa yang diamati selama kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kuantum pada konsep wujud benda digunakan statistik deskriptif dengan persentase (%) yakni banyaknya frekuensi tiap aktivitas dibagi dengan seluruh aktivitas dan dikalikan dengan 100.

3.6       Indikator Keberhasilan
Tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindakan perbaikan  yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya perlu ditetapkan kriteria keberhasilan yang diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud. Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah: 75% dari jumlah siswa telah lulus KKM materi wujut benda yaitu 75 dengan nilai rata-rata kelas 75.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Aly dan Eny Rahma. 1998. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. BNSP. 2006. Standar Isi Kelas IV. Jakarta: Badan Standar Pendidikan Nasional. Catharina Trianni. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Dikti.
Damyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

De Porter,  Bobbi  dan  Mike  Henarchi.  2003.  Quantum  Learning.  Terjemahan Aliyah Abdurrahman Cetakan ke-18, Bandung: Kaifa.

De Porter, Bobbi dan Mark Readon. 2005. Quantum Teaching. Terjemahan Ary Nilandari Cetakan ke- 18, Bandung: Kaifa.

Depdiknas. 2002. KBK, Kurikulum dan Hasil Belajar, Kompetensi Dasar Mapel
Sains SD dan MI. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. Kasihani
M. Djauhar Siddiq, Sungkono, Isniatun Munawaroh. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran  SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan.

Miles dan  Huberman.  2007.  Analisis  Data  Kuantitatif:  Buku  Sumber  Tentang Metode-Metode  Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta: UI Press.

Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Rosda Karya.

Nana  Sudjana.  2002.  Penilaian  Hasil  Proses  Belajar  Mengajar.  Bandung: Rasdakarya.

Nawawi. 2001. Psikologi PendidikanI. Bandung: Tarsito.

Oemar Hamalik. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Ranti.  2007.   Penilaia Hasil   Belajar (http://one.indoskripsi.com)   diunduh tanggal 8 Februari 2009.

Slameto. 2002. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Soli  Abimanyu.  2008.  Strategi  Pembelajaran.  Jakarta:  Direktorat  Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Srini M.
Iskandar. 2001. Pendidikan IPA. Bandung: Maulana.
Sri Sulistyorini.  2007.  Pembelajaran  IPA  Sekolah  Dasar.  Yogyakarta:  Tiara
Karya.

Suharsimi  Arikunto.  2005.  Dasar-Dasar  Evaluasi  Pendidikan.  Jakarta:  Bumi
Aksara.





0 Response to "Penerapan Model Pembelajaran Quantum Terhadap Hasil Belajar Siswa"

Post a Comment

Advertising